
Mudah sekali dari Penang ke Thailand, hanya menggunakan mobil travel yang berangkat pagi-pagi buta, melintasi border sekitar jam 7 pagi dan jam 11 siang sudah tiba di Hatyai salah satu kota Buddha yang biasa dijadikan laluan itinerary lintas batas.
Kota ini dahulu bernama Khok Samet Chun (โคกเสม็ดชุน) yang berarti nama tanaman sejenis jambu. Dahulu wilayah Hat Yai merupakan sebuah desa kecil dan terpencil di selatan Thailand, hingga pada akhirnya dibangun rel kereta api yang terhubung dengan jalur utama Thailand. Nama Hat Yai sendiri berasal dari kata Mahat Yai (มะหาดใหญ่) yang berarti pohon Mahat yang besar.
Lokasi pertama yang didatangi adalah Wat Hat Yai Nai yang terkenal karena patung Buddha tidur yang amat besar di kuil utamanya. Dan yang paling berkesan di sini adalah panasnyaa alakazam! Mungkin karena kota ini lebih ke arah khatulistiwa dan jauh dari laut jadi nggak ada sejuk-sejuknya banget. Memang sih, langit biru cerah penanda bahwa polusi tidak banyak beredar di kota ini. Kebanyakan bemo tuktuk dan motor yang berkeliaran.

Bangunan paling besar adalah kuil tempat Buddha tidur ini berada. Atapnya genteng 60 derajat yang berlapis-lapis, khas sekali bangunan kuil di Thailand. Pada bagian kepalanya, atapnya lebih tinggi sehingga naungannya lebih terlihat jelas. Ukiran berlapis emas pun memenuhi semua tiang-tiangnya menambahi citarasa mewah di sini.


Bangunan kedua yang merupakan museum dengan tangga di keempat sisinya dan di depannya terdapat dua pendopo kiri kanan. Sayang sekali ketika kami ke sana sedang dalam kondisi tutup. Di sini pun terdapat tiga tumpuk atap dengan ketinggian yang cukup curam.
Bentuk atapnya mengikuti model “Langkha song chua” (atap pelana ganda), juga dikenal dalam bahasa Thailand sebagai atap gaya Manila, menempatkan dua atap pelana terpisah di atas rumah. Bagian atap yang memanjang memberikan perlindungan yang lebih baik pada struktur.


Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Phra Phutthamongkol Maharat yang terletak di atas bukit sehingga pemandangan ke bawahnya pun sangat indah. Yang menjadi focal point di sini adalah patung Buddha berdiri berukuran besar yang berada di tengah-tengah kuil. Harus dicari ide yang bagus untuk mengambil gambarnya.







Di bagian belakang, juga terdapat kuil besar dengan banyak lonceng-lonceng berderet yang terbuat dari keramik dengan motif berwarna-warni yang unik. Juga ada patung-patung dewa yang mendampingi Buddha dan menjadi hiasan-hiasan di taman tersebut.









Sorenya, jangan lupakan kuliner di Hatyai yang penuh dengan aneka seafood. Kami sempat mencoba udang goreng dalam ukuran besar dan juga pad thai di kedai pinggir jalan yang bersih. Tak lupa juga untuk makanan paling khas, mango sticky rice yang sayangnya terpaksa dimakan dibawa ke hotel karena sudah kekenyangan.




Kami menuju Bangkok keesokan harinya dengan pesawat, karena cukup jauh. Pilihan lainnya apabila mau naik kereta, waktu tempuhnya 16-20 jam katanya. Wow, lebih baik pangkas waktu deh. See you at Bangkok!
Perjalanan Agustus 2016 – what, it’s been 8 years!
just written 2024
tahun lalu mau mampir ke Hatyai dari Penang, tapi karena waktunya juga mepet buat balik ke KL dengan pesawat, akhirnya ga jadi.
mungkin next time kudu mampir ke Hatyai,aku sendiri penasaran sama kota ini soalnya