Menurut aku, salah satu kota yang asyik untuk solo traveling itu adalah Cirebon. Kenapa demikian? Pertama karena aku lahir di sana, namun tidak pernah tinggal di situ sehingga setiap tahun selalu mampir untuk berkunjung pada kerabat. Masalahnya, dari seluruh sepupu-sepupu yang sebaya itu, tak satu pun yang tertarik untuk mengamati peninggalan budaya yang tersebar di berbagai kota seperti aku. Kalau makan, kami tetap pergi beramai-ramai. Jadilah aku yang suka membaca buku sejarah ini berkeliling Cirebon tanpa ditemani pemandu. Solo traveling, kenapa kamu tidak?
Cirebon berada di propinsi Jawa Barat, tepatnya di pesisir pantai utara Jawa yang tak jauh dari perbatasan ke Jawa Tengah. Lokasinya yang sedikit bimbang ini membuat dialek bahasanya cukup berbeda dari bahasa Sunda pada umumnya di propinsi Jawa Barat. Bahasa Cirebon agak bercampur dengan bahasa Jawa, dan cengkok pengucapannya pun agak berbeda. Seperti karakteristik bahasa untuk kota-kota di tepi pantai, pengucapannya tidak halus, cenderung cepat dan keras.
Dengan posisi geografisnya, Cirebon di masa lalu sering dirapati oleh pendatang dari berbagai bangsa, seperti Melayu, Tionghoa, dan Arab. Bertempat juga di jalur pos utara Jawa, menjadi titik perpindahan suku Sunda dan Jawa. Akulturasi dari pertemuan ini membentuk budaya yang kaya baik dari makanan, pakaian, atau bangunan dan masih bisa dinikmati hingga hari ini.
Continue reading solo traveling at cirebon : bersendiri di kota udang