bermain pelangi di kampung ragam warna

Kalau ada yang bertanya padaku, benda langit apa yang menjadi favoritku, jawabnya adalah pelangi. Kenapa ya? Soalnya pelangi itu adalah benda langit yang tidak bisa diperkirakan kehadirannya. Kadang-kadang ditunggu sesudah hujan, belum tentu ada juga. Tapi kalau tiba-tiba melihat pelangi, gembira luar biasa sampai hanya terpekur menatap langit.

Jadi begitu perasaannya ketika bangun tidur di homestay Kampung Ragam Warna, dan melihat aneka pelangi di atap-atap rumah. Seperti jiwa kekanakan mencuat lagi di tubuh yang sudah dewasa ini.

Walaupun tiba pada malam hari, namun pesona warna dari Kampung Mranggen ini sudah mencuri perhatian sejak menuruni jalan utamanya yang terletak di tepi Makam Sunan Katong Kaliwungu yang sering dijadikan obyek wisata ziarah. Lokasi Kampung Mranggen cukup mudah ditemukan, dari jalan raya Semarang Kendal lewat Jalan Raya Timur Kaliwungu.

Sebagian dari kami tinggal di homestay yang memang disediakan untuk tamu yang akan menginap. Di dalam terdapat dua kamar, termasuk kasur dan kompor yang bisa digunakan, juga kamar mandi dengan baknya yang cukup besar. Jika tamu cukup banyak, bisa menggelar kasur-kasur lipat yang disediakan.

Kampung Mranggen ini terdiri dari dua jalur jalan linier yang sejajar, yang di situ berjajar rumah-rumah sebagai tempat tinggal warganya yang kebanyakan bekerja di pabrik di Jl Raya Kendal Kaliwungu. Melihat banyak potensi anak muda yang cukup besar di sini, Ibu Wiwik dan Pak Yogi dari organisasi pemuda, mengajak warga untuk mengasah kreativitas dengan kesenian. Bersama Mas Anja yang memang seorang seniman, ide untuk mewarnai kampung ini bergulir dan mendapatkan bantuan dari Pacific Paint yang menyalurkan dana CSR-nya untuk komunitas masyarakat.

Kontur kampung melereng ke arah barat dan memiliki beda ketinggian yang cukup lumayan dari ujung makam hingga sungai yang berada di bawah membuatnya menarik untuk menikmati atap-atap tersebut dari ketinggian, hingga memasuki jalur-jalur jalannya yang selebar 1.5 meter ini. Di sekitar kampung banyak terdapat pohon bambu selain sebagai penahan tanah, juga bisa dimanfaatkan untuk membuat perabot ataupun sebagai material konstruksi bangunan.

“Mewarnai kampung ini sekitar empat bulan lamanya, dikerjakan secara bergotong royong penduduk desa. Jadi beramai-ramai mengerjakan rumah yang satu, lalu ganti ke rumah yang lainnya, terus hingga terwarna dua RT ini sebagai pendahuluan,” demikian jelas Mas Anja yang mengajari pemuda pemudi Mranggen untuk menggerakkan kuas dan cat. Kerja bakti dengan warga begini memang salah satu cara supaya hasilnya dimiliki bersama dan selalu ada keinginan untuk menjaga kondisi kampung dengan sebaik-baiknya.

Beberapa pemilik rumah yang ditemui mengaku senang karena rumahnya lebih segar karena adanya polesan baru dari cat ini. Kalau ada teori bahwa warna tertentu menyebabkan suasana hati tertentu, maka warna-warni pastilah menimbulkan perasaan bahagia. Lihat saja sekolah TK yang warna-warni itu pasti membuat murid-muridnya gembira terus.

Rumah-rumah di Kampung Mranggen bervariasi antara rumah permanen dengan dinding batu dan rumah kayu. Pilihan jenis cat dari Pacific Paint membuat warganya bisa mewarnai sesuai materialnya. Cat didatangkan tidak sekaligus banyak, melainkan bertahap dengan mobil pick-up dari Semarang sesuai keperluan. Cara ini juga membuat kebutuhan cat menjadi efisien dan memacu kreativitas yang disesuaikan dengan jumlah yang ada. Kalau sekaligus dibawa, selain membutuhkan tempat menyimpannya juga bisa terjadi pemborosan yang tidak perlu. Menurut info dari Pacific Paint, total cat yang digunakan sekitar 3000 liter baik yang bermerk Metrolite untuk cat dinding atau Glo-Tex untuk cat minyak dan kayu.

Kapan sih waktu yang tepat mengunjungi Kampung Ragam Warna?

Karena Indonesia ini berada dekat katulistiwa, maka kalau mau ke sini sepanjang tahun pasti bisa. Di musim panas mungkin cuaca agak terik, dan di musim hujan bakal basah. Nah, sebenarnya tidak ada waktu khusus, sesuaikan saja dengan waktu bepergian yang dipunya. Lebih asyik lagi ke sini di pagi hari sekali supaya matahari tidak terlalu panas, dan ketemu tukang jualan makanan di dekat jalan masuk kampung. Berjalan kaki normal di sini tidak menghabiskan waktu sampai satu jam (kalau sku hanya 20 menit saja), tapi banyak sekali mampir-mampir rumah dan mengobrol dengan pemiliknya yang bercerita tentang proses pengecatan membuat perjalanan bertambah lama. Salah satu pemilik rumah, Pak Lukman bercerita bahwa ia memberi motif batik pada rumahnya supaya sesuai dengan motif kain yang dimilikinya. Beberapa rumah lain juga memilih warna sesuai keinginan anak yang tinggal di situ. Bahkan ada dua tiga atap yang ditulisi nama supaya kelihatan dari udara.

Pakaian apa yang cocok digunakan di Kampung Ragam Warna?

Karena akan lebih banyak jalan kaki, maka pakailah pakaian yang ringan dan menyerap keringat sehingga nyaman dipakai. Selalu ingat bahwa kampung ini bukan sekadar tempat wisata, tapi juga ada kehidupan sosial, sehingga gunakan pakaian yang cukup sopan untuk menghormati warga kampung. Gunakan juga sepatu yang nyaman di kaki, bisa keds atau sneakers, karena konturnya yang agak curam akan membuatmu naik turun jalanan dan harus menahan badan. Pas juga kalau yang ingin olahraga bisa naik turun keliling 3-5 kali sambil menikmati pemandangan sekitar. Nah, kalau ingin terlihat kontras dengan warna kampungnya, gunakan warna netral hitam putih atau abu-abu, supaya kalau difoto kelihatan bagus tidak menyaru dengan warna-warni di sekelilingnya.

by @wiranurmansyah
by @wiranurmansyah
belong to @wiranurmansyah

Aktivitas apa saja yang bisa dilakukan di Kampung Ragam Warna?

Selain berjalan-jalan berkeliling dan foto-foto, kita bisa juga mampir Mranggen Gallery yang berisi berbagai hasil karya dari anak-anak muda komunitas Mranggen, perpustakaan untuk adik-adik membaca buku. Ruangan ini cukup luas dan juga dilengkapi dengan toilet dan kipas angin sehingga berlama-lama di dalamnya masih terasa nyaman.

Yang seru dan bisa dilakukan rame-rame adalah melukis payung! Asyik deh, karena di sini kita bisa menyalurkan kreativitas dalam mewarnai payung yang tadinya putih, menjadi warna-warni ceria sesuai dengan keinginan hati. Melukis payung ini menghabiskan waktu sekitar satu jam, tetapi menunggu keringnya juga sekitar satu jam juga. Jadi bisa dilakukan dan ditinggal sambil berjalan-jalan lagi sekeliling.

photo by @dwikaputra

Sebenarnya ada beberapa aktivitas lagi yang bisa diusulkan, seperti mengecat bekas kaleng cat menjadi pot bunga, menghias bekas galon cat besar menjadi tempat sampah, belajar menari payung bersama pemudi-pemudi kampung Mranggen, atau ikut latihan Drumblek bersama pemuda-pemuda Mranggen. Kapan-kapan kalau ada kegiatan mengecat rumah dan bisa ikutan, pasti seru ya!

latihan menari payung

pasukan drumblek yang akan berangkat ke jepang

Karena juga makanannya lezat-lezat, makan siang menjadi salah satu hal yang ditunggu-tunggu di sini karena ibu-ibu Mranggen ini masakannya luar biasa lezat. Pastilah rasanya ingin menambah dan menambah lagi hingga energi cukup untuk jalan-jalan lagi.

Titik-titik mana yang paling asyik di Kampung Ragam Warna?

Bisa dibilang, hampir semua titiknya bagus dan sangat menarik dipandang mata maupun lensa kamera. Tapi bisa disesuaikan dengan warna baju atau kesukaan, sih. Memang ada beberapa spot yang menjadi favoritku seperti diceritakan ini.

Di bundaran logo Kampung Ragam Warna, bagi yang hobi foto di depan plang atau huruf-huruf, pasti tempat ini bakal jadi incaran. Tapi nggak seperti di tempat-tempat lain yang monoton, logo ini terlihat artsy dan menarik, dengan angle pengambilan gambar dari seberang jalan yang cukup lebar. Pas sekali memenuhi kebutuhan anak muda di instagram, hehe. Selain itu, di kiri kanannya juga banyak mural-mural menarik yang menemani.

Nah, buat anak muda yang sedikit-dikit baper, bisa di dekat plang jln in aja dulu. Plang yang terletak dekat satu simpang gang ini memang bernuansa ala-ala kekinian, sehingga bisa memberi pesan untuk yang jauh di sana. Juga beberapa pesan menarik yang bisa memberi kode-kode unyu.

Wilayah yang agak tersembunyi ini ternyata memiliki gerbang menarik dan beberapa spot yang cukup seru apabila berfoto sendiri, bersama pasangan, atau bersama gebetan. Selain itu, di dalamnya terdapat kebun tanaman yang diusahakan oleh komunitas setempat, sehingga bisa juga mengenali berbagai tanaman di sini. Di sini juga terdapat satu rumah yang menjual aneka suvenir khas Kampung Ragam Warna, dan aneka penganan pengganjal waktu lapar tentunya.

Di depan rumah warga selalu mendapatkan titik yang menggoda untuk berhenti, entah sekadar mencobai bangku di teras yang tek berpagar, atau mengobrol dengan warga yang bercengkrama. Ada banyak sekali pilihan titik menarik untuk komposisi seru. Bahkan dua temanku, Rere dan Terry rela untuk menggotong kursi yang ditemukan ke tengah jalan demi memperlihatkan rasa santai. Tentu saja harus agak-agak sabar menunggu kendaraan yang lewat.

Salah satu obyek yang menjadi daya tarik cinderamata dari Kampung Mranggen ini adalah payung-payungnya yang terpajang di depan galeri, sebagai salah satu hasil kerajinan bersama warga. Payung ini bisa juga dipinjam sejenak untuk menaungi wajah di depan teras. Karena ukurannya kecil, cukuplah untuk dibawa melintasi gang-gang sempit ini.

Walaupun di rumah-rumah sudah memiliki sanitasi yang baik, tapi di salah satu bagian yang rendah pada jalan utama kampung, dibangun juga MCK untuk memenuhi kebutuhan warga. Selain empat pintu WC, di sini juga terdapat sumur sebagai sumber air yang dipergunakan bersama.Tambahan lagi, di MCK ini terdapat tempat untuk mencuci motor. Tidak seperti MCK biasanya di desa-desa, warna-warni semarak pada lapisan dindingnya membuat orang segan untuk meninggalkannya kotor atau tidak terjaga.

Yang paling tidak boleh dilupakan adalah jagalah interaksi dengan warga setempat, karena Kampung Ragam Warna Mranggen ini bukan sekadar tempat untuk dilihat-lihat, namun juga ruang berkegiatan dengan warga yang tinggal di sana bukan sekadar penonton atau yang ditonton. Tetap jaga kebersihan, tidak mencorat coret sembarangan, serta berperilaku ramah dan sopan. Minta izinlah sebelum mengambil foto wajah, dan tetaplah tersenyum ramah. Yuk, bermain pelangi di Kampung Ragam Warna, Mranggen!

Kampung Ragam Warna
Mragen, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah

Mei 2018

10 thoughts on “bermain pelangi di kampung ragam warna

  1. Kampung ragam warna bentuk salah satu cara desa tersebut menggaet pengunjung. Selain titik swafoto, mereka tentu sudah menyiapkan kegiatan-kegiatan lain agar pengunjung tidak hanya menikmati warna-warni saja. Semoga nasibnya tidak seperti Bejalen, awalnya benar-benar mencuat; lalu sedikit tenggelam. Itu tantangan warga setempat untuk terus bisa lebih baik.

    1. betul, sebagai kampung warna tentunya butuh maintenance, yang itu didapat dari apa yang dihasilkan desanya juga. jangan hanya mengandalkan donatur, perlu kesadaran untuk memelihara..

Leave a reply to Gallant Tsany Abdillah Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.