adakah nama untuk pusat perbelanjaan di Indonesia?

Pemandangan pusat ruang kota kini sudah berganti. Bukanlah alun-alun yang menjadi tempat berkumpulnya warga kota, bukan juga Masjid Agung atau Gedung Pemerintahan. Namun akan disergap dengan banyaknya Pusat Perbelanjaan yang akan memakai aneka nama yang menarik perhatian pengunjung. Masing-masing pengembang akan memberi nama tertentu pada bangunannya. Fungsinya berubah dari hanya sekedar tempat jual beli, menjadi arena rekreasi.

Sekitar tahun 80-an, nama Plaza menjamur sebagai penanda pusat perbelanjaan. Hampir setiap kotamadya memiliki Plaza sebagai penanda perekonomian perbelanjaan di kawasan itu. Sehingga bisa disalahartikan kalau Plaza itu adalah Pusat Perbelanjaan. Padahal jika dilihat dari arti katanya, Plaza berasal dari bahasa Italia, Piazza yang artinya lapangan, ruang terbuka. Jadi tidak mungkin kalau Bandung Indah Plaza atau Palaguna Plaza di Bandung dikategorikan sebagai ruang terbuka, karena kegiatan utamanya di toko-toko tersebut, di dalam bangunan. Kalau mau disebut ruang berkumpul, bisa jadi, tapi untuk apa? Tidak ada fungsi strategis di dalam Pusat Perbelanjaan bernama Plaza, selain hanya belanja, cuci mata atau nongkrong-nongkrong belaka.

Sekitar tahun 90-an muncul istilah baru, yaitu Mall, yang diawali dengan berdirinya Pondok Indah Mall di Jakarta Selatan. Sesudah itu, berjamuranlah di seluruh kota besar di Indonesia, Pusat Perbelanjaan dengan embel-embel Mall di belakangnya. Sebutlah Grage Mall atau Cirebon Mall di Cirebon. Pengindonesiaan yang dipaksakan membuat nama Mall menjadi Mal, tanpa ada upaya pencarian penamaan baru yang lebih mencerminkan identitas bahasa. Mal tak ubahnya seperti Plaza, berisi deretan toko-toko mengelilingi sebuah atrium dengan orang-orang yang berjalan-jalan di koridornya yang lumayan lebar. Hanya ganti nama belaka. Variasi kata supaya tidak bosan.

Akhir tahun 90-an, bersama dengan menggeliatnya properti Indonesia pasca krisis, bermunculanlah tempat-tempat belanja dengan nama Trade Center. Awalnya dari International Trade Center (ITC) Mangga Dua milik salah satu pengembang papan atas, yang diikuti oleh pembukaan ITC-ITC lain di setiap sudut kota. Konsep ITC ini sebenarnya sangat berbeda dengan Mal atau Plaza, karena barang yang dijual biasanya grosiran, dengan ukuran toko yang kecil-kecil dan koridor yang sempit. Sering orang harus berdesakan demi mencari jalan di sela-sela barang dagangan yang menumpuk sampai ke koridor tempat berjalan kaki. ITC ini tak ubahnya pasar, hanya saja lebih modern karena lebih bersih dan cukup penerangan. Namun hiruk pikuknya sama dengan pasar tradisional ataupun ramainya Pasar Klewer pusat batik di Solo.

Sekitar tahun 2000an, muncul tempat nongkrong baru anak muda bernama Cilandak Town Square. Sesudah nama itu menjadi populer, seperti sebelum-sebelumnya, kata Square menjadi populer di banyak kota. Padahal, seperti Plaza, Square juga berarti lapangan, bukan Pusat Perbelanjaan. Anehnya lagi, fungsi bangunan Square satu dan lainnya berbeda. Seperti Cilandak Town Square yang menjadi pusat cafe-cafe, Depok Town Square yang berisi deretan toko, atau Bekasi Square yang nyata-nyata mirip ITC. Atau bahkan Mangga Dua Square yang menggabungkan ITC, restoran, hotel dalam satu bangunan! Jadi tak ada pengartian baru yang bisa mendefinisikan Square dalam bahasa Indonesia. Semata-mata hanya nama yang dipakai.

Akhir-akhir ini, makin ingin menjadi pembaharu, akhirnya pengembang-pengembang menamai Pusat Perbelanjaan mereka dengan nama masing-masing. Maka muncullah tempat-tempat seperti Parijs van Java di Bandung, Senayan City di Jakarta, Cibubur Junction di Jakarta, Sun City di Sidoarjo, yang kesemuanya punya fungsi yang sama : tempat orang belanja. Bahkan untuk menambah ‘semarak’ kota Bandung, akan dibangun juga Paskal Promenade di dekat stasiun Hall. Promenade, yang berarti berjalan-jalan di tepian sungai, mengadaptasi sungai ini ke dalam desainnya, sehingga membuat kolam di dalam bangunannya. Sekitarnya, tetap saja toko-toko!

Jadi walaupun sudah hampir 4 dekade kita memiliki Pusat Perbelanjaan, rupanya kita belum menemukan padan satu kata yang enak dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan Plaza, Mall, Square, Citiwalk, atau apapun itu.
Kamu punya ide?

Sawah besar-Depok
07/07/2011 : 22.48.

5 thoughts on “adakah nama untuk pusat perbelanjaan di Indonesia?

  1. Walah. Ini sulit. 😀

    Mengapa tidak gunakan frase (lebih dari satu kata). Mungkin “pusat hiburan” atau “pusat perbelanjaan” saja? 😀

    1. kedengarannya gimana kalau ‘pusat perbelanjaan’ gitu? ‘graha belanja’, ‘graha temu’..
      mesti diper-enak kata2nya..

  2. gimana kalau “tempat membuang uang”
    hahaha…. #digebuk pengusaha properti.
    apapun konsep dari Plaza, Mall, Square, Citiwalk (terlepas dari kebutuhan dan keinginan) tetap saja kita pasti membuang uang kita disana.
    entah itu hanya sekedar untuk minum, makan ataupun belanja bahkan ke toilet sekalipun.

    dan harapanku (yang sepertinya tidak mungkin), semoga gak ada Plaza, Mall, Square, Citiwalk baru di kotaku.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.