melalui rel : hidup adalah perjuangan !

hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti
usah kau menangisi hari kemarin.. [Dewa 19]

07.03. pagi.
Tua muda, berjejalan mengejar waktu, seakan ingin bertanding dengan kecepatan. Tak peduli panas, tak peduli keringat, untuk sebuah ketepatan. Kadang terselip wajah cantik yang harus melesakkan badannya ke dalam kumpulan manusia di badan besi itu dengan sedikit pergerakan. Manusia yang buat mereka, ‘waktu adalah uang’ adalah semboyan harian. Merekalah yang memberi denyut negeri ini, merekalah yang benar-benar memburu tepat waktu jika tidak ingin potong gaji. Merekalah yang memberikan pelayanan padamu di pusat perekonomian kota ini.

Dua ribu lima ratus rupiah Bogor-Jakarta, delapan puluh menit kurang lebih.

Yang beruntung bisa duduk di kursi, yang lain bisa berdiri berjejalan, yang tidak bisa masuk bertengger di atap. Siapa yang tidak beruntung? Merekalah orang-orang yang akan berkata, masih untung terbawa, jadi tidak terlambat. Mengeluh, namun menerima. Dua ribu lima ratus rupiah, lebih dari 60 km jauhnya, mau dapat enak? Dinikmati sajalah, katanya.

Mereka yang bekerja dengan tenaga, dari segala sektor, dari petugas kebersihan, sampai penjaga gerai ponsel. Dari sekretaris kantor sampai asisten manager. Dari ibu-ibu yang mau berobat ke rumah sakit sampai yang hendak kulakan barang dagangan. Tanpa gengsi. Semua mengejar waktu. Menyusur rel panjang yang (seharusnya) tanpa halangan. Tanpa macet seperti jalan aspal. Tanpa asap knalpot. Semua menumpukan waktu pada badan besi ini. Berharap tidak terlambat, dan mendapatkan kesempatan dan rejeki di hari itu. Merekalah pelaku perekonomian negeri ini, yang membuat roda bisnis berputar. Yang mengejar waktu. Yang seharusnya diperhatikan.

Ini sarana sehari-hari rakyat. Yang (seharusnya) dirawat dengan karcis kita, pajak kita. Yang menjadi tumpuan banyak orang dalam memutar kehidupannya, bukan hanya untuk memutar nasib negeri ini. Bukan kami tidak peduli pada negeri, tapi sudah terlalu sibuk dengan urusan perut sendiri.
Dua ribu lima ratus rupiah. Sedikit memang. 80 menit. Relatif lama. Sekitar 60 km jaraknya. Cukup jauh. Pada KRL Ekonomi sebagian waktunya dipasrahkankan. Setiap hari berdoa supaya tak ada gangguan supaya bisa sampai tempat kerja sesuai rencana dan kembali di malam harinya pada keluarga tercinta.

depok-manggarai. 10.06.11

7 thoughts on “melalui rel : hidup adalah perjuangan !

  1. nah kalau kecepatan monorel rata2 200 km/jam bisa dihitung kan berarti kira2 18 menit perjalanan lah. tambah waktu berhenti 2 jadi sekitar 30 menit lah kali ya..

  2. “Kadang terselip wajah cantik yang harus melesakkan badannya ke dalam kumpulan manusia di badan besi itu dengan sedikit pergerakan.”

    eh boleh donk dikenalin sama si wajah cantik yang terselip..
    kalo doi nongol mau donk jadi gerbongnya..:p

    “Merekalah orang-orang yang akan berkata, masih untung terbawa, jadi tidak terlambat. Mengeluh, namun menerima. Dua ribu lima ratus rupiah, lebih dari 60 km jauhnya, mau dapat enak? Dinikmati sajalah, katanya.”

    mungkin bukan menerima kali ya. tp memaklumi aja. dan bukan ‘dinikmati sajalah’ tapi ‘dijalani sajalah’. soalnya hal spt itu rasanya bukan utk dinikmati deh *serius pisan* :p

    itu potonya bagus, hasil motret sendirikah?

  3. wajah cantiknya?
    itu bisa dinikmati di kiri bawah yang berbaju merah itu.. :-p

    mereka menikmati berkereta loh katanya, soalnya sambil ngobrol2 sama temannya, kadang di pojokan main kartu, makan kue2, neriakin copet, berangin2 di pinggir pintu, bahkan menclok di atap.. coba tanya aja kalo gak percaya..

    makasih dibilang potonya bagus, itu motret sendiri dari ponsel pagi-pagi waktu lagi nunggu kereta AC..

  4. konon pas bulan puasa kemaren itu segerbong kereta pada beruntung berbuka dengan yang manis katanya. entah benar entah tidak:p

    yah baiklah klo memang mereka menikmati. kurang lebih samalah dengan yg katanya bisa ‘menikmati’ kemacetan jakarta ya..

    iya itu potonya komposisinya, cahayanya, unik, bagus, sayah suka 🙂

  5. oh, itu benar adanya. para penumpang kereta segerbong berbuka dengan wajah manis itu, dan mereka bergumam,
    “Alhamdulillah ya, sesuatu banget..”

Leave a Reply to pandasurya Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.