Seorang teman pernah berkata, ‘hanya yang mati rasa yang bisa hidup di Jakarta’.
Rupanya tidak berlebihan, terutama untuk yang setiap hari bergulat berdesakan dalam transportasi umum di Jakarta, apalagi kendaraan yang namanya KRL Ekonomi. Dengan harga karcis hanya Rp. 2.500 rupiah, dan jarak tempuh kurang lebih 90 menit, bisa mencapai kota Jakarta dari Bogor, tepian kebun raya, angkutan ini dijejali banyak penumpang melebihi kapasitasnya.
Tulisan di gerbong jelas 55 tempat duduk, 85 berdiri. Tapi apa yang terjadi pada jam 06.00 sampai jam 08.00?? Satu gerbong terisi lebih dari 200 orang, tanpa jarak di antaranya. Mereka saling beradu bahu dan pinggul, dan hati-hati, salah-salah dompet dan ponsel melayang. Bila satu rangkaian terdiri dari 8 gerbong, maka ada 1600 jiwa yang terangkut. Mereka tertumpah sampai pintu-pintu kereta dan atap-atap kereta. Berbahaya memang, tapi siapa yang disalahkan? Orang-orang ini tahu kalau itu berbahaya, namun angkutan yang memadai juga sudah melebihi kapasitas. Terhimpit-himpit seperti pindanglah jawabannya. Tak sedikit yang menemukan teman dalam keseharian penderitaan itu. Terkadang mereka bergerombol dan bercanda untuk melupakan sesak yang dialami di kereta. Yah, karena mereka bertemu pada jadwal yang sama setiap hari. Yang sering kasihan di kereta ini adalah perempuan. Tanpa jarak seperti itu memudahkan tangan-tangan usil untuk berbuat nakal. Pernah ada kebijaksanaan bahwa setiap gerbong pertama khusus perempuan. Tapi rupanya kaum pria tidak mau tahu karena mengingat kesetaraan. Jadilah tetap saja gerbong pertama penuh oleh pria.
Agak lebih nyaman, saudara mudanya adalah KRL AC Ekonomi. Dengan harga karcis Rp. 5500 dan berhenti di semua stasiun, kenyamanan dan keamanan bertambah. Karena pintunya selalu tertutup di perjalanan, jadi mengurangi risiko jatuh dari kereta. Juga AC yang terpasang di setiap gerbong mengalirkan kesejukan. Tapi pada jam kerja, pagi dan sore, tingkat okupansinya sangat tinggi hampir sama dengan KRL Ekonomi biasa. Terkadang sepoi AC pun tak berasa lagi.
Yang ternyaman adalah KRL AC Ekspress. Tidak berhenti di semua stasiun, hanya stasiun awal Bogor, Depok, dan tujuan di tengah kota, Sudirman, Gondangdia, Juanda, Kota. Harga tiket Rp. 11.000. Orang bisa melakukan aktifitas yang agak canggih di kereta ini karena cukup aman. Tak sedikit yang beraktivitas dengan blackberry maupun laptop di dalam KRL, tanpa takut ancaman penodongan.



Memang butuh keberanian untuk naik KRL. Kenapa? Pertama, anda harus sigap. Kereta hanya berhenti kurang lebih 1 menit di setiap stasiun. Terlambat turun, anda bisa terbawa ke stasiun berikut. Kedua, anda harus kuat. Tidak sedikit orang pingsan karena terdesak-desak di dalam kereta. Apalagi kalau tidak kebagian tempat duduk, berdiri adalah pilihan yang akan dialami selama satu jam. Membawa bangku lipat adalah salah satu upaya supaya tidak kecapekan. Ketiga, anda harus percaya. Orang-orang di KRL itu baik-baik. Mereka tidak segan memberitahu orang di stasiun mana anda harus bersiap-siap sebelum tutun di tujuan anda. Kalau anda naik KRL dan bingung berapa stasiun lagi, banyak orang yang bisa memberitahu anda. Tapi mereka juga pelit tempat duduk. Kecuali anda ibu hamil atau orang tua bertampang lemas sekali, biasanya anda akan dibiarkan berdiri setengah jam sampai mereka memberikan tempat duduknya sebelum turun.
Sebagai penghubung antar daerah penyangga di Jabotabek, kereta banyak menjadi tumpuan para penglaju harian. Waktu tempuh menjadi pertimbangan utama. Naik kendaraan lain seperti bus atau mobil pribadi berisiko dihajar macet habis-habisan di perbatasan Jakarta. Apabila pelayanan kereta sudah lebih baik, tidak mustahil orang memilih naik kereta daripada membuang-buang bensin di jalan hanya untuk perjalanan sendiri. Suatu saat akan dibangun terminal yang terintegrasi dengan stasiun, sehingga pengguna angkutan domestik bisa dengan mudah berganti moda transportasinya. Juga disediakan layanan parkir yang aman, sehingga mobil atau motor hanya dipakai dalam jarak-jarak dekat saja, dari rumah sampai stasiun. Atau pada hari libur, bersama keluarga.
Dengan tidak mementingkan ego pribadi dan tidak membuang energi dan mencintai bumi, ayo naik KRL! Sebagai bagian dari transportasi umum, mengurangi kemacetan, menikmati dan tidak meracuni, sehingga kita tidak akan rasa mati untuk hidup di Jakarta ini.
depok-manggarai. 19 juni 2010. pagi.
Apabila pelayanan kereta sudah lebih baik ………………………………………………………………………..disediakan layanan parkir yang aman, sehingga mobil atau motor hanya dipakai dalam jarak-jarak dekat saja, dari rumah sampai stasiun, ini yang jd PR berat Pemerintah
naah, itu makanyaa, mestinya pemerintah tuh ngasih ruang buat parkiran.
dan juga masyarakat jadi gak gengsi untuk naik kendaraan umum.
kendaraan umumnya juga harus dibagusinn..
Saya mendambakan sistem transportasi terpadu di Bandung dan Jakarta. 😐
Jadi, dari rumah saya, saya jalan dulu ke halte bus terdekat. Jalan hanya sekitar 1 km. Saya naik bus ke stasiun kereta api. Bisa jadi naik bus dua kali atau hanya sekali, dengan jadwal yang tepat tentunya. Lalu, di stasiun, saya langsung naik kereta api ekspres ke Jakarta. Selama 4 jam, saya di kereta api bisa menunggu sambil membuka laptop, berinternet, minum kopi, mengeluarkan kamera dan hape dengan aman. Tak terasa sudah sampai Jakarta. Di Jakarta, saya turun, langsung naik bus di depan stasiun, dan sekali naik saya bisa sampai ke tempat janjian dengan teman2 di sebuah rumah makan. Sorenya, setelah acara selesai, saya naik bus rute yang sama ke stasiun, dan pulang kembali ke Bandung dengan rute yang sama. Terakhir, jalan kaki 1 km lagi ke rumah.
Betapa nikmatnya. 😳