rendang minang #8: bukan menjadi raja sehari di pagaruyung

“Above us our palace waits, the only one I’ve ever needed. Its walls are space, its floor is sky, its center everywhere. We rise; the shapes cluster around us in welcome, dissolving and forming again like fireflies in a summer evening.” ― Chitra Banerjee Divakaruni, The Palace of Illusions cerita sebelumnya : rendang minang #7:… Read More rendang minang #8: bukan menjadi raja sehari di pagaruyung

rendang minang #7: cadas batu lembah harau

“Adieu to disappointment and spleen. What are men to rocks and mountains?” ― Jane Austen, Pride and Prejudice cerita sebelumnya : rendang minang #6: rumah gadang di tepi jalan Salah satu tempat akhir yang aku dan Felicia datangi di Sumatera Barat adalah Lembah Harau. Jujur saja, sebelumnya tak ada ekspektasi apa-apa dengan tempat ini. Ketika… Read More rendang minang #7: cadas batu lembah harau

rendang minang #6: rumah gadang di tepi jalan

Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemui jalan masuk, yang kesepuluh tidak harus mengatakan, Ini sudah takdir TUHAN. Ia harus mencari di mana kekurangannya. ~ Rumi cerita sebelumnya : rendang minang #5: keliling hari di bukittinggi Satu hal yang paling menarik hatiku untuk berkunjung ke Ranah Minangkabau adalah Rumah Gadang.… Read More rendang minang #6: rumah gadang di tepi jalan