Sungai menjadi jalan pulangnya ke rumah tak berwadak, tapi ia selalu tahu di mana harus mengetuk pintu.
[Dee – Supernova, Akar]
Sebelumnya aku tidak pernah membayangkan bahwa susur Tangerang-ku akan berawal dengan wisata air begini. Baru dua menit tiba di bantaran sungai, duo blogger karib kak Tekno Bolang ‘lostpacker’ dan kak Wiranurmansyah yang setia menunggu sejak pagi langsung mengajakku naik perahu kecil untuk merasakan aliran sungai Cisadane. Aku juga dikenalkan dengan kak Fendi, teman mereka berdua.
Wih, aku meniti lunas kapal tersebut mencari tempat duduk yang paling oke. Meskipun tidak terlalu bisa berenang, tapi aku tidak pernah takut naik perahu. Di perahu ini tidak ada pelampung penyelamat, jadi modal pasrah saja apabila ada apa-apa. Yakinlah kalau tukang perahu ini sudah jago mengemudikan perahunya.
Sebenarnya perahu ini bukan perahu wisata, tapi perahu penyeberangan warga yang ada di sisi barat Cisadane ke area keramaian di sisi timur. Ketika berada di perahu, terlihat jelas sisi timur dengan bangunan yang tersusun rapi, berbatasan dengan sungai adalah bantaran kali dengan tanggul beton dan jalan raya. Sementara di sisi barat sungai ini ada deretan pohon bambu dan rumah-rumah penduduk. Air sungai pun langsung ketemu dengan tanah merah tepian. Untunglah rumah-rumah ini cukup berjarak dari sungai, sehingga tidak terlalu sering terkena dampak pasang sungai.
Di tepian terlihat seorang perempuan yang mencuci baju di dermaga kecil, di sekitarnya ada lele sungai yang berloncatan riuh. Tak jauh dari situ ada rombongan bebek-bebek berkoak riuh. Air Cisadane siang itu cukup tenang, tak ada riak yang berarti. Sinar matahari jam 10 pagi cukup menyengat, namun tidak dihiraukan oleh tiga pria berbadan besar dan satu perempuan mungil yang asyik memainkan kameranya. Sepertinya kami sudah tidak takut hitam.
Di tepian seberang kami berganti perahu, karena menurut tukang perahunya yang kami naiki agak bocor. Hehe, mungkin sesudah melihat penumpangnya yang besar-besar ini ia tidak yakin akan kekuatan perahunya. Kembali aku meniti lunas perahu mencari posisi yang enak. Tapi karena takut rokku beterbangan kalau nangkring di ujung, jadi aku duduk manis saja di dasar kapal sebelum ujung sambil mengamati berudu kecil yang mengitari perahu-perahu di dermaga.
Kembali tukang perahu mendayung perahunya menyusuri riak-riak kecil di sungai. Ada banyak ikan yang diyakini kak Bolang adalah ikan sapu-sapu. Sebenarnya kami sih tidak terlalu paham jenis-jenis ikan di sungai ini. Ikan-ikan berwarna kehitaman itu berkecipak riuh ketika perahu mendekati tepi. Banyaknya ikan dan warna kehijauan pertanda nilai ekologis sungai ini cukup bagus. Dan juga perahu kami tidak menggunakan motor, tidak terdengar suara berisik ketika melintasi sungai. Walaupun udara cukup panas, namun angin menerpa wajah dengan ringan.
Air sungai Cisadane berwarna hijau kecoklatan, mengalir tenang seperti tak ada dorongan berarti. Di bagian yang memasuki kota Tangerang ini, patut disyukuri tidak ada sampah yang memenuhi tepian sungai, juga tidak ada eceng gondok yang menutupi permukaan. Melihat lebarnya yang hampir 30 meter, wajar saja kalau sungai ini dulu dijadikan jalur transportasi ke pedalaman Banten. Tidak banyak jembatan juga yang melintasinya, aku hanya sempat menyeberang di jembatan biru jalan Merdeka.
Sebenarnya, bantaran sungai Cisadane ini bisa menjadi potensi wisata yang menarik. Perahu-perahu bisa dipercantik dan disewakan kepada pengunjung kota Tangerang. Dinikmati perlahan sambil mendengarkan sejarah kota Tangerang sebagai salah satu simpul perdagangan dengan negeri Cina di masa lalu. Di tepian sungainya bisa dibuat tempat berkumpul sambil menunggu senja di seberang. Rasanya pasti asyik juga kalau ada area memancing di beberapa titik sungai ini. Atau area bermain anak di tepian yang tidak terkungkung tembok beton. Ditambah jalur bersepeda atau berjalan kaki yang nyaman untuk menikmati senja.
Berminat menyusuri Cisadane dengan perahu? Kalau ada waktu dan sempat, duo fotografer dan videografer ini pasti mau mengantar. Ayuk, bareng-bareng lagi! Siapa tahu banyak hal-hal menarik lainnya yang bisa ditemukan. Lihat video pendek yang besutan kak Bolang juga, ya!
berperahu : 20.09.2014 | ditulis : 23.09.2014 | kereta – depok – tanahabang
eh, ternyata asik juga naik perahu di cisadane 😀 harusnya kemaren aku ikut juga T_T
nanti kami buat jilid berikutnyaaaa… 😀
kak fahmi kucing untung gak ikut kemarin, karena kalau ikut akan ganggu kentjan nya ombol & kak in… | *kabur naik speedboat*
wah, aku sering ke sana tapi ngga pernah kepikiran naik perahu. jadi kepengen 😀 susur tangerang ke jalan kisamaun ngga kak? 🙂
Hehee, aku juga nggak kepikiran. Baru pertama ke Tangerang juga. Ini dari stasiun ditungguin mereka di tepi sungai, eh ternyata diajakin naik perahu.. 😀
seru ya kak naik perahu gitu…
kalau kak Danan ikut juga, perahunya.. perahunyaaa..
Aku jadi pelampung kak, nggak butuh perahu
iiiihhh jalan2 ke kota aku tangerang ngga bilang2 🙂
euuuh, padahal waktu keretanya lewat batuceper dah mau bilang 😀