pamer bangunan di jakarta

da vinci tower di tengah bangunan modern

Setiap kali melihat deretan jalan-jalan di Jakarta, selalu ada bangunan baru. Dan lebih sering lagi bangunan-bangunan itu terlihat lebih menonjol daripada sebelumnya. Seakan berlomba untuk menjadi yang tercantik, yang terbaik, yang terindah.

Kalau dipikir lagi, alangkah egoisnya pemilik kapling-kapling itu. Mereka hanya memikirkan untuk bangunannya sendiri untuk dipandang, tanpa memperhatikan keselarasan dengan sekitar.

Ke-se-la-ra-san, mengikuti koridor tata ruang yang ada. Memangnya ada koridornya? Sejauh hanya berupa GSB, KDB, KLB, memang ada bisa kita lihat di cetak biru RTRW yang diterbitkan oleh dinas tata kota DKI. Namun kalau untuk façade, tampak, tidakkah diatur?

Mungkin memang kota tidak butuh keseragaman, tapi keselarasan adalah salah satu yang kita pelajari sebagai sintesis dari analisis tapak yang dilakukan arsitek. Apakah seorang yang egois akan membangun karyanya begitu-begitu saja, mirip dengan sekitarnya, ataukah membuat sesuatu yang baru dengan mungkin mendapat predikat ‘bangunan aneh’, selain ‘bangunan unik’?

Kalau koridor-koridor façade itu ada, tentunya kita tidak akan temukan bangunan seperti Da Vinci Tower yang bergaya sangat klasik bersebelahan dengan bangunan-bangunan bergaya modern di sekitarnya. Juga bangunan kantor di bilangan Kramat, Salemba, yang jelas-jelas mirip dengan Metro Tanah Abang, menonjol sendiri dengan hijaunya.

Pengaturan façade yang berlaku di sebagian kawasan Menteng membuat kawasan itu tertata rapi, indah dan nyaman dilalui. Sayangnya hanya sedikit kawasan di DKI ini yang tertata. Tak ada konsep penataan lain untuk kawasan-kawasan lain di Jakarta. Ke barat sedikit, hanya terpisahkan oleh Jalan Sudirman, kawasan Tanah Abang yang semrawut. Ke Timurnya, masuk kawasan Cikini dan Salemba, setali tiga uang. Sebelah Selatannya, kawasan Manggarai, beberapa memang masih tertata sedikit, namun banyaknya alih fungsi hunian menjadi ruang usaha membuat kawasan ini sama saja dalam ‘lomba-tampil-beda tampak-bangunan’ ini.

salemba raya
menteng
manggarai

Kalau melihat kota-kota di Eropa yang tidak tampak saling menonjol bangunannya, bisa tertata rapi, sepertinya Jakarta ini sangat parah dengan warganya yang suka pamer. Atau inikah ciri kota-kota di Asia? Sehingga apabila punya sesuatu yang baru harus menonjol. Dan akibatnya tidak kontekstual dengan lingkungannya. Cuma untuk tontonan. Individualis, hanya memikirkan dirinya sendiri.

renungan malam : 24.10.2010 : 23.21

2 thoughts on “pamer bangunan di jakarta

  1. Ke-se-la-ra-san di jakarta tidak seimbang sangat berkurangnya ruang hijau di jakarta tp itu lha kota metropolitan ………,……

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.