kenapa aku kuliah lagi?

kuliah-di-ui-1

Banyak yang tahun lalu bertanya kenapa aku memutuskan untuk kuliah lagi, setelah belasan tahun aku memilih bekerja. Sebenarnya selalu banyak alasan untuk sekolah lagi, selain karena memang pada dasarnya kan aku ini suka sekolah, ya.

Keinginan ini sebenarnya tercetus bahkan sejak aku baru lulus, tapi karena saat itu masih belum musim untuk melanjutkan ke gelar master, akhirnya kuputuskan untuk menundanya dan bekerja dahulu. Sebenarnya sih aku berpikir, lulusan arsitektur mau mengambil master di bidang apa? Kalaupun belajar urban planning, nah nanti jatuhnya malah bekerja di real estate atau di kantor pemerintah. Nah, karena nggak kepingin bekerja jadi pegawai negeri itu maka aku malah menunda sekian lama itu. Karena dulu, untuk berkeinginan masuk jurusan arsitektur saja aku memantapkan niat selama tujuh tahun, lho. Makanya, karena biaya S2 ini jauh lebih mahal dari S1, jadi pilihannya harus serius dan benar-benar, deh.

Beasiswa?

Hm, cara-cara ini pernah dicoba tapi selalu kepentok dengan IPK S1 yang tidak sampai tiga seperti umumnya persyaratan lainnya. Tahu sendirilah IPK mahasiswa Teknik di masa lalu yang agak sulit mencapai angka gemilang itu, apalagi yang di masa kuliahnya sibuk macam-macam sehingga bisa lulus saja bersyukur. Padahal sih, mungkin juga aku yang kurang serius dalam mengejar-ngejar beasiswa karena terpaku pada urusan-urusan pekerjaan yang cukup menyita waktu, sehingga aplikasi nggak pernah berhasil.

Tahun demi tahun berlalu, akhirnya keinginan itu kubenamkan dalam perjalanan-perjalanan ke berbagai tempat di Indonesia. Tapi ternyata, semakin banyak aku melihat kota-kota, desa-desa, pertumbuhan di tepi-tepi negeri, malah mengingatkanku untuk kembali ke bangku sekolah, mencari ilmu lebih banyak untuk membangun. Bangsa dengan identitas rupawan berupa rumah-rumah tradisional, begitu menarik untuk ditulis dengan serius sambil berkeliling pelosok. Perjalanan memang mengajarkan banyak hal secara informal, tapi aku memilih untuk melakukannya juga di jalan formal. Kucoba untuk mencari beasiswa LPDP yang sedang hits itu, tetapi apa mau dikata, sekian lama menunda-nunda keinginan kuliah lagi ternyata kali ini umurku sudah lewat batas boleh mengajukan permohonan. Kalau istilahnya sih, nggak lolos seleksi tinggi badan! Jadilah aku harus berstrategi dengan tabungan, dan juga dengan waktu bekerja, serta memilih lokasi di dalam negeri saja.

wae-rebo-1

Mau kuliah di mana?

Kalau menuruti cita-cita masa kecilku dulu untuk belajar di ITB, tentunya aku masih kepingin sekali kuliah di kampus Ganesha itu. Tapi mengingat waktu dan tempat yang tidak memungkinkan, karena aku masih harus sambil bekerja (kalau tidak bagaimana membayar uang kuliahnya, ya?), maka aku memilih masak-masak untuk kembali ke kampus tercinta, Universitas Indonesia di Depok. Karena dekat rumah sih, sehingga tidak terlalu memberatkan untuk pulang perginya dan sembari mengerjakan hal-hal lain.

Dalam perjalanan ke Lasem Jawa Tengah, seorang teman menyarankan agar aku belajar heritage saja alih-alih memperdalam manajemen konstruksi seperti yang kupelajari di kantor. Hm, benar juga sih, kalau belajar tentang manajemen bisa di kantor saja, sementara waktu ilmunya bisa untuk mempelajari hal lain. Tentang rumah-rumah tradisional, seperti topik favoritku ketika berkeliling di pulau-pulau lain di Indonesia, dan mengaitkannya dengan keseimbangan lingkungan yang seharusnya dipertahankan. Ingatlah, sewaktu kuliah dulu dan aktif di KAPA, aku selalu belajar tentang lingkungan terus menerus, yang memimpikan langit tetap biru dan hutan tetap hijau. Setelah menimbang-nimbang dan berpikir kiri kanan serta mengecek stok kopi di lemari (karena belajar harus ditemani), maka aku mengambil kekhususan Arsitektur dan Sustainabilitas, atau istilah baratnya, Sustainable Architecture. Seru ya, kayaknya?

kelas-sustain

Kuliahnya?

Iya bener, seru banget! Diawali dengan filsafat lingkungan yang membuat kurang tidur berhari-hari karena harus banyak membaca buku, menulis-nulis paper dan presentasi dengan berbagai macam topik tentang lingkungan, survey berbagai bangunan yang menarik, sampai mempelajari program komputer fisika bangunan untuk mengukur data pengudaraan, dan banyak diskusi-diskusi yang bagus dan menyehatkan. Membaca berbagai buku lingkungan, mendiskusikan berbagai ‘dosa’ yang sudah dilakukan manusia terhadap bumi, dan menumbuhkan upaya-upaya untuk lebih peduli terhadap alam dan sekitarnya, meminimalkan dampak pembangunan terhadap lingkungan dengan Building Lifecycle Assesment, juga tentang siklus daur hidup material bahan bangunan, serta daya dukung tanah dan lingkungan terhadap bangunan. Sehingga ketika ada seseorang bertanya, kenapa sih kamu mengambil Sustainabilitas? Hmm, aku kepingin menyelamatkan dunia.
Boleh ya, berharap?

marmer-sisa-sustainabilitas

marmer-sisa-sustainabilitas-2

Keperluan?

Tentu saja dengan kuliah lagi pasti membutuhkan lebih banyak lagi keperluan yang pastinya lebih banyak lagi dari sekadar SPP tiap semester. Salah satunya adalah kebutuhan kamera untuk dokumentasi survey ke berbagai daerah nanti untuk mengambil data lapangan. Namun dengan segala keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan untuk hunting dari satu toko ke toko lain. Untung di zaman sekarang ada berbagai toko online, salah satunya tokopedia. Senang sekali sih mengutak atik laman tokopedia ini, karena aku beberapa kali berhasil menemukan beberapa buku langka yang ternyata ada penjualnya di sini. Dan ternyata kalau lihat-lihat di toko online ada yang jual kamera DSLR juga, lho! Bisa dibandingkan harganya satu toko dengan yang lain dengan mudah. Atau jika kebutuhan penelitian membutuhkan lensa yang lebih panjang untuk mengintip ke tempat yang lebih jauh bisa juga beli lensa kamera di tokopedia. Bandingkan spesifikasi dan kebutuhan, lalu pilih barangnya, bisa dibayar langsung dengan berbagai cara, dan aman lagi, karena pembayaran baru diteruskan ke penjual setelah barang diterima.

kuliah-di-ui-3a-beli-kamera

Belanja online selain menghemat waktu, juga menghemat ongkos, sehingga tidak keluar berbagai pengeluaran transportasi yang tidak perlu, dengan begitu emisi karbon pada udara diharapkan akan semakin berkurang, kan? (cieh, anak Sustain banget). Dengan menghitung kesibukan bekerja, kuliah, kegiatan alumni, kebutuhan jalan-jalan, menulis, merawat blog, main dengan bintang, dan sebagainya yang banyak itu, yang penting paling diperlukan hati yang gembira untuk melalui semuanya. Semoga di suatu hari kelak, semua kesibukan itu bisa dipadukan dengan sinergis (ini bahasanya agak politis, kah?)

Doakan aku sukses melalui tahapan pendidikan yang ini, ya.

19 thoughts on “kenapa aku kuliah lagi?

  1. Amin, semoga berhasil dengan studi penyelamatan bumi ini ya Mbak. Ini menurut saya pilihan yang tepat dan cocok banget dengan diri dan kepribadianmu lho, soalnya sisi jelajahnya dapet, sisi belajarnya juga dapet. Keduanya bisa sejalan jadi meski capek dan banyak begadang, senyum juga kayaknya makin lebar tuh hehe. Boleh dong kapan-kapan saya di-share soal arsitektur yang berkelanjutan, dan terutama dosa penghuni bumi membangun tempat berkegiatan yang menyakiti alam tempatnya hidup, hehe.

  2. Indri, what a perfect life! Passion, knowledge, and eagerness dan jangan lupa hobby jadi satu.
    Dimana lelah berbuah senyum, dan keringat bertunas kebahagiaan.
    Sukses ya.

  3. Studi tak kenal waktu ya mbak Indri, selamat berjuang. Pilihan minat yang menarik mbak ya keberlanjutan. Rasanya saya baru komen di blog mbak Indri, salam kenal

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.