“Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.”
― Dee Lestari
Judulnya sama dengan buku ke-9 Balada si Roy, Kapal. Ceritanya pun tentang Maluku, negeri berbagai pulau yang membuat kapal menjadi transportasi utama. Setelah berhari-hari naik berbagai macam kapal mulai dari speed boat, kapal kayu hingga ketinting, aku harus kembali ke Ternate dari Morotai. Karena tak mendapat tiket pesawat, maka pilihanku hanyalah jalur laut.
Kapal Ratu Maria, salah satu dari kapal yang berlayar tiap malam dari Pelabuhan Daruba di Morotai, bertolak pada jam delapan malam untuk menempuh perjalanan selama 10 jam. Setiap penumpang kelas ekonomi mendapat tempat salah satu dari bed bersusun di badan kapalnya untuk beristirahat di malam hari. Tersedia juga colokan listrik untuk men-charge ponsel. Suasana riuh riang dan ramai menghidupi ruang tidur hingga tengah malam. Kapal hanya berhenti sekali, di pelabuhan Dama untuk mengambil penumpang.
Bahagianya hidup di Indonesia yang orangnya sangat ramah. Senyum senantiasa menghiasi wajah orang-orang di kapal yang tak segan mengobrol hingga waktu lelah sembari berdiri di geladak menikmati bintang yang berlarian di angkasa.
Selamat menutup tahun 2017, selamat menyambut tahun baru. Gelombang mungkin akan datang tanpa diduga, namun persiapkan selalu pelampungmu. Buat hidup itu bahagia, sambut hari seperti mentari terbit setiap pagi.
Perjalanan Mei 2016
Belum pernah naik kapal yang lama begini. Paling paling cuma Ferry Ketapang – Gilimanuk yg cuma 1 jam. Hehehe
Seru kayaknya ya?