Bayangkan pada suatu sore yang berangin terbangun di tengah hutan trembesi yang rindang, beralaskan log kayu jati yang tertata rapi pada pekarangan, sembari menikmati sinar matahari yang menyelisip di antara ranting-ranting yang membentuk bayangan ke arah timur. Pohon-pohon itu seakan memelukmu tidak mau lepas dan melindungimu dengan lengannya yang kokoh, dari terpaan angin yang menderu di atasnya.
Sesaat berpikir, di manakah ingin berada sekarang?
Rupanya aku jatuh cinta pada penampilan Hutan Djawatan Benculuk yang berada di Banyuwangi dari media massa, yang kali ini aku tak bisa tiba ke sana karena larangan transportasi membuat perjalanan menjadi lebih banyak syarat. Saat sulit bepergian karena pandemi corona yang menimpa dunia ini, bercerita tentang kelak bisa menjadi sebuah penghiburan yang menenangkan hati. Walaupun road trip yang sudah direncanakan perlahan harus dilipat dulu, namun sebenarnya ini waktunya untuk membuat rencana perjalanan lebih nyaman.
Banyuwangi merupakan kabupaten yang terletak di bagian ujung timur Pulau Jawa, yang merupakan titik penyeberangan menuju Pulau Bali. Dikenal sebagai kerajaan Blambangan di masa lalu, nama Banyuwangi diambil dari alkisah Putri Sri Tanjung yang dibunuh di tepi sungai karena hamil ketika suaminya pergi ke medan perang. Menunjukkan kesetiaannya, ia bersumpah “Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tetapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu”. Ternyata darah yang mengalir di sungai itu wangi sehingga sang suami menyesal dan menamakan tempat ini Banyuwangi.
Sebenarnya, tidak sulit menuju Banyuwangi, karena dari Surabaya banyak bis yang menuju kota ini, apalagi yang antar pulau hingga ke Bali atau Lombok. Dengan kereta api pun lebih nyaman mengikuti jadwal yang satu kali per hari dari Stasiun Gubeng Surabaya. Apalagi sejak bandara Blimbingsari dibuka, makin mudah untuk mengendarai transportasi udara bagi yang tidak mau berlama-lama dalam perjalanan. Berkendara dengan mobil pribadi melintasi jalur Daendels, pada sisi utara Jawa yang juga merupakan pilihan yang menyenangkan karena melalui hutan, bukit dan pantai yang unik pada tepi-tepinya.
Untuk akomodasi dalam kota sendiri banyak hotel di Banyuwangi yang bisa menjadi pilihan bertinggal, dan bisa menjangkau tempat-tempat wisata yang berada di sekitar kota. Walaupun banyak yang berada di luar kota kabupatennya, namun beberapa masih dalam waktu tempuh yang wajar untuk pulang pergi setiap harinya.
De Djawatan Benculuk
Lokasinya sekitar 35 km ke arah barat Banyuwangi, di Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, yang sebenarnya adalah bekas lahan penyimpanan kayu milik PT Perhutani dan juga tempat pengelolaan kereta api. Pohon trembesi berukuran raksasa mendominasi tempat ini yang menjadikannya latar tempat berfoto bagi pengunjung yang hobi fotografi.
Dengan areanya yang cukup luas ini, tak heran De Djawatan Benculuk dijadikan sebagai area resapan air, mengingat keanekaragaman tanaman yang tumbuh di sini. Apalagi tanaman paku-pakuan yang merambat pada batang-batang trembesi, membuat suasana misteri bak di negeri dongeng akan memberikan pengalaman yang berbeda ketika berada di sini.
Tak heran tentunya tempat ini menjadi salah satu destinasi yang ingin kudatangi kelak, sembari bercerita tentang sejarah kereta api yang mahsyur itu, yang mungkin dari hutan-hutan ini bantalan rel kereta itu berada.



Kawah Ijen
Rupanya satu kali tak cukup untukku kembali ke tempat ini, mengingat berjalan kaki di pagi hari buta melalui jalan setapak yang terus menerus menanjak dan menikmati matahari pagi ketika dalam perjalanan ke puncak. Ah, kali ini aku harus berusaha lagi untuk bisa sampai di puncak sebelum matahari terbit.
Perjalanan ke kawah Ijen dapat ditempuh dari Banyuwangi dengan mengendarai mobil atau motor lewat Desa Licin hingga titik start pendakian yang harus ditempuh selama kurang lebih tiga jam berjalan kaki. Selama perjalanan tengah malam mendaki, tentu saja tidak banyak bisa melihat hutan di kiri dan kanan, namun jalurnya sangat jelas sehingga tidak perlu takut tersesat.
Ketika sampai puncak, bisa dilanjutkan dengan menuruni kawah untuk tiba pada titik api biru abadi, ataupun hanya di tepian kawah dan melihat suar api tersebut dalam gelap di bawah. Meskipun bau belerangnya menyengat, sembari menunggu matahari terbit, perlahan-lahan nampaklah pemandangan hamparan danau belerang pada cekungan kawah, dengan warna hijau tosca.
Yang paling dinantikan di sini adalah duduk-duduk beristirahat, sambil meminum coklat panas bekal perjalanan berangkat tadi, sambil meluruskan kaki, merapatkan jaket dan bersenda gurau sambil menunggu waktu untuk turun.
Saat menuruni jalan setapak inilah waktunya menikmati hutan Ijen yang dramatis, dengan pepohonan tinggi jarang yang diliputi kabut tipis, berwarna hijau dan kemerahan, sambil turun dan berpapasan dengan penambang belerang yang mengangkut 500 kg bongkahan-bongkahan kuning itu. Bisa berjalan santai maupun setengah berlari, ditemani pos-pos tempat beristirahat sesekali.
Baluran
Pintu masuknya yang berada pada jalur jalan Daendels di sebelah utara Banyuwangi, taman nasional ini termasuk juga yang cukup mudah dijangkau dari Banyuwangi dan terpelihara dengan baik. Tidak hanya tumbuhan, hewan-hewan yang berkeliaran liar di sini pun menjadi penarik keinginan untuk datang.
Sesudah masuk dari pintu gerbang, tak berapa lama berkendara akan ditemui evergreen forest, yang dinamakan begitu karena memang selalu hijau sepanjang tahun. Melihat pepohonan dengan sulur-sulur besar menjuntai, pasti membuat ingin berjalan kaki saja atau bersepeda sembari menikmati wanginya basah tanah yang menguar.
Makin masuk ke dalam, luas tertangkap mata adalah padang savana Bekol menghampar luas dengan latar belakang Gunung Baluran. Pohon-pohon yang berdiri sendirian memperkuat kesan panas di tengah-tengah padang rumput yang luas. Warna kecoklatan mendominasi dengan beberapa gerumbul hijau dari pepohonan. Langit biru dan sedikit berawan memberikan vista yang luar biasa di sini. Siapa pun yang pertama kali keluar dari evergreen forest pasti akan berhenti di sini dan terpaku pada si pohon Bekol (Ziziphus rotundifolia) ini yang merupakan ciri khas dari savana ini. Pemandangan kering seperti inilah yang membuat Baluran dijuluki Africa van Java.
Lepas dari savana yang gersang, jalan menuju pantai Bama lumayan rusak dan berbatu-batu. Jenis vegetasinya pun sudah berubah menjadi tanaman yang mendekati tanaman laut. Palem Gebang (Corypha utan) sangat mudah ditemukan di antara jalanan yang kami lewati, hingga tiba di tepi pantainya yang dipenuhi oleh hutan bakau. Sebenarnya dari sini bisa menyeberang ke Pulau Menjangan untuk snorkeling jika mau. Hutan bakau yang mendominasi tepian laut ini menjadi penahan gelombang dan menahan abrasi pantai di Bama.
Jika sore kembali ke savana Bekol, akan ditemui aneka binatang yang merumput, minum air dalam kelompok juga berlarian di sekitarnya. Banteng rusa, monyet, bahkan burung merak pun berjalan lenggang kangkung sembari memamerkan ekor indahnya. Dan itu saat bersyukur, betapa bahagianya kebebasan mereka sementara manusia hanyalah tamu pada tatanan alam Baluran ini.
Meru Betiri
Salah satu hutan hujan tropis terluas di pulau Jawa, dengan iklimnya yang lembab di balam. Menyisir jauh hingga ke selatan Banyuwangi, menikmati hutan ini harus dengan kendaraan 4WD untuk mencegah terjebak di dalam lumpur nanti bila bertemu. Perjalanan 4-5 jam harus ditempuh dan harus meluangkan waktu untuk menginap di sana supaya tidak kemalaman di jalan kembali.
Walaupun melewati beberapa desa sebagai pendahuluan, namun pekatnya hutan yang dilalui di dalam kadang-kadang membawa pikiran ke mana-mana, antara penasaran hingga takut tersesat. Karenanya harus mengajak driver yang benar-benar tahu jalan dan juga lihai mengemudikan mobil ke sana.
Salah satu tujuan unik di Meru Betiri adalah Pantai Sukamade yang merupakan area penangkaran penyu. Untuk menjaga kelangsungan hewan amfibi ini dari laut, bangunan ranger pun didirikan sejauh 700 meter dari pantai, sehingga harus melalui jalan setapak dalam hutan sejauh itu untuk mencapai pantainya. Karena penyu suka bertelur dalam keadaan gelap, maka tidak boleh ada nyala lampu sedikit pun yang akan mengganggu ia mendarat. Tanpa cahaya, keindahan langit malam pun tergambar jelas sekali dengan ribuan bintang.
Di pagi hari, bisa diikuti aktivitas melepas tukik (anak penyu) ke lautan lepas dari tempet penangkaran. Tukik-tukik ini akan bejalan perlahan-lahan hingga ketemu air dan mulai beradaptasi dengan gelombang laut yang berulang kali menghempaskan mereka. Tapi mengambalikan penyu pada habitat asalnya secara alami adalah keharusan untuk menjaga keberlangsungan hidupnya.
Alas Purwo
Inilah hutan paling ujung dari semenanjung Blambangan, yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia pada tepi-tepinya, dan banyak dikenal sebagai hutan yang angker, tempat semedi, tempat berkumpulnya makhluk gaib dan lain sebagainya.
Pada kenyataannya, Alas Purwo merupakan hutan lindung yang amat dijaga keberadaannya sebagai penyeimbang ekosistem. Dengan luas sekitar 43.420 hektar, hutan ini tidak hanya berisi aneka tetumbuhan dan binatang, namun juga candi, goa, kuburan sebagai tempat menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya.

Dengan curah hujan yang cukup tinggi hingga 1000-1500 mm/tahun, hutan-hutannya mulai yang sedang hingga rapat, dengan tingkat kelembaban 40-85%. Aneka binatang yang bisa ditemui di sini adalah Banteng, Rusa, Ajag, Babi Hutan, Kijang, Macan Tutul, Lutung, Kera Abu-abu, dan Biawak.
Salah satu tempat yang direkomendasikan adalah Sadengan yang merupakan padang rumput seluas 80 hektar yang di situ bisa ditemui binatang-binatang tersebut di atas. Dengan adanya gardu pandang pandang setinggi tiga lantai, mempermudah untuk mengamati satwa yang sedang berkerumun atau minum di pagi dan sore hari.
Paling ujung timur, bisa ditemui Pantai Plengkung dan G-Land tempat para peselancar dunia menjajal kemampuannya menari di atas ombak. Inilah titik paling timur pulau Jawa.


Tentunya dengan berbagai potensi hutan yang seindah ini, Banyuwangi menjadi salah satu destinasi andalan bagi negeri sebagai tempat wisata alam. Walaupun kecil kemungkinan hutan-hutan ini ikut terpapar pandemi corona yang menimpa seluruh dunia, namun perjalanan bisa ditangguhkan hingga kelak usai dan nyaman untuk bepergian ke mana pun.
Menginap di Banyuwangi pun tak lagi sulit karena sekarang jejaring RedDoorz pun sampai ke sini untuk mencukupi kebutuhan akomodasi hotel murah di Banyuwangi. Dengan sistem manajemen yang baik, tidak perlu takut akan tempat yang tidak sesuai karena pelayanannya akan setara dengan RedDoorz di kota-kota besar lainnya yang sudah lebih dulu ada.
Merencanakan berkeliling daerah wisata sekitar pun bisa sambil bertinggal sementara di sini. Jangan khawatir, wifi, televisi satelit, perlengkapan mandi, komplit disediakan oleh hotel ini, sehingga tak perlu khawatir ketinggalan kabar berita selama traveling. Untuk pilihan lokasi pun ada yang di kota, dekat airport, dekat stasiun, bahkan ada yang berada dekat Kawah Ijen. Tinggal sesuaikan lokasi yang efisien dengan itinerarimu.
Pesona wilayah timur Pulau Jawa ini tidak hanya kaya dengan hutan, namun juga pesta budaya, maupun wisata alamnya yang unik dan hanya satu-satunya di sini. Jaga selalu kesehatan dengan mengikuti protokol kesehatan, sehingga badan akan selalu fit hingga saatnya jalan-jalan nanti dibuka lagi oleh pemerintah.
Semoga lekaslah tiba waktuku untuk melangkah ke sana, Banyuwangi.
Ciledug, 31 Mei 2020
bantuan sumber:
– dakatour.com
– hipwee.com
– wikipedia alas purwo
– kompas.com
– idntimes.com
– javasiesta
banyuwangi juga jadi salah satu list yg mau aku kunjungi setelah pandemi ini kak In. semoga segera selesai deh huhuhu
ahh, nanti kamu disita oleh penghuni hutan gimanaaa..
Luar biasa indahnya. Mbak, kalau ada rencana dan mau guyub ramean dengan jumlah terbatas gitu kabar-kabari ya haha. Aku memang udah lama naksir jelajah Jatim. Kalau ke Ijen mupeng banget! walau agak khawatir bakalan sanggup atau nggak secara fisik. Yang jelas aku mau ke Bromo. Dan… hutan De Djawatan itu memesona pisan!
hahahaaa, aku pingin banget balik lagi sekeluarga ke sini, bawa 4WD dan muter2. kalau ijen pengen lagi, tapi ngajak anakku aja deh..
Indah banget pemandangannya, ternyata banyuwangi menyimpan wisata yang luar biasa. Maklum paling jauh ke jawa timur baru sampai ponorogo