trotoar untuk pejalan kaki, bukan motor!

“Yang naik mobil berasa yang punya jalanan, yang naik motor berasa serigala jalanan, yang pejalan kaki berasa gak punya jalan.” 1)

Begitulah kondisi di banyak jalur pejalan kaki di Jakarta. Contoh di atas adalah di depan Stasiun Gambir Jakarta Pusat, salah satu titik silang ganti antar moda transportasi di Jakarta. Selain taksi dan bis, ojek motor adalah salah satu moda transportasi yang dominan di tempat ini.

Di lokasi ini, motor bebas berlalu lalang di atas trotoar yang menghadap ke Jl Medan Merdeka Timur ini. Tak sedikit orang yang merasa terganggu dengan kehadiran motor-motor ini di trotoar. Padahal di tempat khusus pejalan kaki ini, banyak orang yang sedang menunggu bis ke tempat tujuannya masing-masing. Motor dengan seenaknya naik trotoar dan menawarkan jasa ojek. Setengah memaksa dan mengganggu.

Padahal, Stasiun Gambir adalah Stasiun terbesar di Jakarta, yang terbaik (katanya). Depan Tugu Monas, dekat Masjid Istiqlal yang terbesar, bahkan tak jauh dari Istana Kenegaraan. Seharusnya, depan Stasiun Gambir bisa menjadi contoh ketertiban. Tapi lihat saja, malah menjadi contoh ketidak tertiban yang ditiru oleh wilayah-wilayah lain di Jakarta.

Pejalan kaki hanya mengambil tempat kurang dari seperdelapan badan jalan. Dan lokasi mangkal ojek sudah disediakan di ujung stasiun Gambir. Tapi mereka masih saja asyik mondar-mandir di trotoar mencari penumpang pejalan kaki yang putus asa karena angkutan umumnya tak muncul-muncul. Sering, sebagai pejalan kaki, kesal karena mereka seenaknya lewat, membunyikan klakson lagi. Kalau ditegur hanya senyum kecil, tidak merasa bersalah. Kalau sudah begini mau apa? Apa harus dipasang patok-patok di trotoar supaya tidak bisa dilewati motor seperti di Jl Wahid Hasyim?

Tentunya tidak bisa dengan sikap nerimo saja atau ‘orang kayak gitu nggak bisa dibilangin’. Peraturan yang jelas-jelas melarang pengendara motor naik ke trotoar, dan pejalan kaki yang kompak mengusir motor dari trotoar. Fasilitas itu untuk kepentingan bersama, ada porsinya masing-masing. Pejalan kaki yang hanya meminta sedikit dari pembangunan super ibukota, seharusnya mendapatkan perlakuan yang lebih baik. Di banyak tempat, di tempat-tempat yang jauh lebih tidak tertib daripada stasiun Gambir, sangat mudah ditemukan motor yang naik trotoar, alasan menghindari macet atau ingin cepat sampai. Tak ada sanksi yang jelas untuk pengendara-pengendara nakal ini. Efek domino dari tingginya kepemilikan motor dan tetap sedikitnya jalan yang bisa mereka lalui. Mestinya mereka berpikir, yang buat macet kan ketidaktertiban mereka sendiri, jadi jangan suka menyalahkan macet.

Mari kita berteriak, “Turun lo, motor! Ini tempat pejalan kaki!”

depok. white room. 10-12-11. 01.48.

1) Dari twitter @AbimantraP

2 thoughts on “trotoar untuk pejalan kaki, bukan motor!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.