A man in the skyscraper needs to feed a pigeon from his window to remember what great thing missing in his life: The touch of nature!
― Mehmet Murat ildan
Siang belum terlalu terik dan aku menengadahkan kepala memandang Menara Petronas. Bangunan yang didesain oleh Cesar Pelli setinggi 452 m itu harus dilihat sambil menudungkan tanganku di depan mata. Kilau keperakan yang membungkus bangunan dengan dengan circular struktur itu sesekali memberi pantulan silau. Aku teringat di masa kuliahku ketika kami belajar mengenai bangunan yang kala itu termasuk tertinggi di dunia. Ketika cita-cita kami masih setinggi langit yang dijangkau oleh arsitek-arsitek terkenal. Dan kali ini, aku berdiri di bawahnya, pencakar langit yang dibuka tahun tujuh belas tahun silam, dan kini masih tegak terawat. Ikon wisata negeri jiran, yang memanggil-manggil untuk dihampiri.
Aku tidak ikut mengantri untuk menaklukkan ketinggiannya. Sesuatu yang tinggi lebih indah dinikmati dari jauh, pikirku ketika itu. Satu permakluman karena aku tiba terlalu siang di Suria KLCC, mal berukuran cukup besar yang berada di podium bangunan Petronas ini. Tiket untuk naik ke atas hanya diberikan dalam jumlah terbatas setiap paginya.
Aku berjalan keluar dari bangunan. Sebuah pelataran ruang luar lengkap dengan kolam air mancur yang akan menari di jam-jam tertentu memberikan oase yang sejuk. Di sini banyak orang-orang yang mengabadikan diri dengan latar menara kembar itu, atau hanya sekadar duduk-duduk di sekeliling kolam. Di sekelilingnya terdapat restoran yang bisa dinikmati sambil memandang. Ceu (kakak, dalam bahasa Sunda) Berlian Maria dan anaknya Riley, yang menemaniku di sana mengajakku untuk berjalan ke taman di balik kolam ini.

“Orang-orang biasanya berfoto di jembatan ini, Ndri,” kata Ceu Maria di jembatan yang langsung menghadap ke menara. Perempuan asal Bogor yang kukenal lewat situs jejaring pencinta buku Goodreads Indonesia ini sangat menyenangkan sebagai tuan rumah di Kuala lumpur. Ia sabar mengambil beberapa fotoku yang sepertinya sudah wajib dilakukann oleh orang-orang yang berkunjung ke Petronas. Benar saja, mengambil foto di sini harus agak terburu-buru karena harus bergantian dengan turis-turis yang lain. Riley dibawa bermain oleh pengasuhnya sementara ibunya menemaniku foto-foto.

Kemudian kami berlari-lari di sepanjang jogging track yang cukup besar mengelilingi taman. Pohon-pohon besar menaungi sehingga perjalanan terasa teduh. Pohon, rumput, batu, dan celotehan beberapa orang di sekitar agak menghidupkan suasana. Saat itu sudah di atas jam 10 pagi, bukan waktu yang nyaman untuk berjalan-jalan di kota tropis, karena pasti panas dan berkeringat. Karena itu tak banyak yang berlalu lalang di sini.



Oh, rupanya orang-orang lebih suka mencari kesejukan dengan air. Tak jauh dari situ, ada kolam besar dengan banyak anak-anak yang bermain air di sini. Terdapat air terjun buatan yang lebar dengan tirai-tirai air di sepanjang dinding belakangnya. “Ini gratis, loh. Bisa langsung masuk dan berenang-renang di sini,” jelas Ceu Maria. Widih, serunya melihat anak-anak kecil itu berteriak riuh rendah berkecipakan di kolam yang cetek itu. Sejenak aku tergoda untuk melepas sepatuku dan ikut mencebur juga.



Di depan, ada pemandangan lebih menarik lagi. Berbagai permainan anak-anak yang kalau di Indonesia cuma bisa ditemukann di Tumbletots atau Gymboree atau sekolah anak internasional lainnya, ada di sini. Dan sekali lagi, gratis! Taman terbuka dengan naungan pohon-pohon itu dilengkapi dengan permainan untuk merangsang gerak motorik anak. Rumah-rumahan, jembatan, terowongan, panjat-panjatan, ayunan, perosotan dari material PVC khusus yang ramah lingkungan dan aman bagi anak, bisa dimainkan sesuka hati di sini. Aku mengejar Riley yang asyik menemukan surga bermainnya. Ia naik turun permainan hingga berkeringat.
Permainan ini berdiri dengan alas karpet polimer yang tebal dan lunak, sehingga anak jika terjatuh tidak sakit karena rasanya seperti terjatuh di rumput saja. Bahan ini terlihat bersih sekali, tak ada kotoran yang tertinggal di sini walaupun banyak anak bermain di situ. Disiplin kebersihan ini rupanya menjaga area ini selalu nyaman digunakan.





Sesudah puas menemani Riley bermain, kami berjalan memutari taman. Kami menemukan juga taman dengan perkerasan dan tiang-tiang yang sepertinya cocok untuk dipakai bermain skateboard atau sepatu roda. Teringat seset alat permainanku itu di rumah, tetiba aku juga kepingin mencoba. Sepertinya kawasan ini lebih untuk remaja yang mampir. Mungkin di lain waktu, kalau sore berkunjung ke sini, bisa terlihat lebih ramai. Ruang terbuka lebih bagus lagi ada penggunanya, daripada hanya sebagai pelengkap saja.

Jogging track yang kami lalui masih cukup lebar. Memang mengasyikan berjalan-jalan di tengah kota begitu dikelilingi pepohonan, memandang gedung-gedung pencakar langit di seberang. Kapan Jakarta punya seperti ini ya, pikirku iri. Tak perlu lelah kehausan, kami menemukan gazebo yang dilengkapi dengan keran air siap minum pula. Uh, jadi ingin mengajak anak-anak bermain ke sini. Mungkin suatu hari aku dan sahabat-sahabatku akan reuni di sini membawa anak-anak kami. Sounds interesting.



Menikmati sesuatu yang tinggi tidak bisa dari jarak dekat. Semakin dekat, semakin kamu tidak bisa melihat bagaimana ia berdiri terhadap lingkungannya. Hanya terlihat sama, seperti yang lainnya. Yang diperlukan adalah jarak, namun bukan untuk membuatnya angkuh, tapi merengkuh sekitar. Hijau menjadi penyeimbang kerasnya bangunan-bangunan itu di tengah kota.
Menara Petronas masih bisa dinikmati di kejauhan, sambil kami perlahan-lahan kembali mendekatinya.

Depok, 19.07.2014. Retouch at 08.08.2014.
Perjalanan 31 Agustus 2013. Petronas Tower with Berlian Maria.
langkah lain tanpa tersesat :
sejenak di kuala lumpur sentral: berhenti di titik silang ganti
batu cave & genting : outer kuala lumpur
[…] langkah di hari lain di negeri jiran : batu cave & genting : outer kuala lumpur lintas petronas : ruang terbuka yang bersahabat […]
[…] sejenak di kuala lumpur sentral: berhenti di titik silang ganti lintas petronas : ruang terbuka yang bersahabat […]
ternyata ada taman2 kece di sana… enak buat goler2an , kalau ada wifi gratis makin sempurna tuh
taman ini tak nampak sama yg pada jalan2 sekitar petronas ya? gak perlu wifi kak. cukup teman jalan buat ngobrol2…
Dan temen buat motoin
bener, kecuali punya keahlian khusus bertongsis :p
Kak, aku udah nulis duluan lho tentang ini. Hiks.
tamannya bagus ya,,
Jogja nih miskin ruang terbuka hijau 😦
di tepian, kak. sebenarnya alun-alun juga menyenangkan..
Betul. Jogja nggak punya taman. Sedihnya itu 😦
kan ada alun-alun.. kyknya ada beberapa.
Hahaha. Alun-Alun kayak lapangan, kak. Paling juga cuma di UGM.
Butuh untuk memenuhi kebutuhan muda tua ya.. Mungkin perlu diusulkan beberapa..
kalo ada taman kyk gitu di jakarta aku pengen rasanya jogging tiap hari, bener2 bersahabat bgt tamannya 🙂
jogging, main air, keliling-liling, tanpa terganggu asap kendaraan ya, kak..
Di kL tu ada banyak taman bikin rekreasi gitu, pagi petang bisa beraktivitas bersama teman2, tdk cuma di mal2. Jika kalian berkesempatan ke taman botani kL atau taman tasik titiwangsa yang letak di kawasan kota. Lainnya seperti taman jaya, taman pudu ulu, taman tasik jelatek, taman layang2, dan taman tasik ampang. Semoga kalian senang..
uwah, seru banget ya. kalau ada waktu keliling taman di KL sepertinya bisa berjalan-jalan sore juga di situ..
saya paling suka jalan kaki ke sini dari Bukit Bintang. lewat Skywalk yang berkilo-kilo itu jauhnya. jalan kaki susur KL jadi ndak terasa capek..
asyik emang menyusuri tempat ini sore-sore gitu misalnya..
Pas aku ke sana kolamnya sepi banget, nggak ada seorang pun yang main-main.
mungkin siang hari bolong yang panas? aku ke sana hari minggu sih, kak. makanya rame (mungkin..)
Pole dance in the park? 😀
should’ve mention to someone yaa..
[…] Aku tidak ikut mengantri untuk menaklukkan ketinggiannya. Sesuatu yang tinggi lebih indah dinikmati dari jauh, pikirku ketika itu. Satu permakluman karena aku tiba terlalu siang di Suria KLCC, mal berukuran cukup besar yang berada di podium bangunan Petronas ini. Tiket untuk naik ke atas hanya diberikan dalam jumlah terbatas setiap paginya. Aku berjalan keluar dari bangunan. Sebuah pelataran ruang luar lengkap dengan kolam air mancur yang akan menari Lebih Lanjut […]
keren taman-taman nya., bikin adem.
di surabaya juga lumayan banyak taman-taman di pinggir bantaran sungai kalimas., tapi kalau lihat di foto-foto kenapa taman di luar itu terlihat kinclong dan bersih-bersih ya?