menikmati ibis novena di utara singapore

foto10

 

All my bags are packed, I’m ready to go
I’m standin’ here outside your door
I hate to wake you up to say goodbye
~ Leaving on a jet plane [Chantal Kreviazuk]

 

Aku tiba di hotel Ibis Novena yang berada di utara pusat kota ini hampir tengah malam. Penerbangan selama 2 jam setelah seharian bekerja di kantor membuatku ingin segera merebahkan diri. Tidak sulit bagi supir taksi menemukan hotel ini. Sekitar 15-20 menit dari Clarke Quay, aku tiba di lobby hotel dengan lampu-lampu yang agak temaram.

Seorang perempuan petugas hotel yang ramah melayaniku tengah malam itu. Setelah menemukan reservasiku sebagai salah satu pemenang (walaupun bonus!) Skyscanner Bloscars Award 2014, ia memberiku kartu kunci dan menjelaskan tentang akses lift dan membuka pintu kamar. Kami naik ke lantai 6 dan masuk ke kamar 635 kemudian ia memberitahu password wifi, dan pamit kembali ke mejanya.

Ada meja tulis yang menghadap jendela langsung. Di atasnya ada sekotak bakpia dan sekotak coklat. Ah, romantisnya (oke, mungkin aku satu-satunya yang menganggap bakpia romantis, tapi kacang hijau kan baik untuk kesuburan, kan.. ah, sudahlah). Juga sepucuk surat dan brosur dari Ibis Novena tentang fasilitas-fasilitas di hotel ini. Aku meletakkan laptop di meja dan mencoba fasilitas wifi yang ternyata lumayan juga. Kubuka tirai menghadap jalanan yang masih ada beberapa mobil yang lalu lalang di dini hari ini. Ah, mulai mengantuk rupanya.

sofa, meja dan lemari
sofa, meja dan lemari

Hotel ini memiliki beberapa pilihan kamar, ada kamar standar dengan queen bed, juga ada yang king bed, kamar standar twin, bahkan kamar dengan tiga tempat tidur single! Untuk keluarga, ada kamar dengan dua bed king dan queen, dan juga tersedia kamar dengan pintu penghubung. Selain itu juga ada laundry 24 jam dan kemudahan shuttle langsung ke titik transportasi di Singapore.

queen bed di kamarku
queen bed di kamarku

Paginya aku bangun jam 6 dan turun ke ruang makan setengah jam kemudian dalam keadaan lapar. Walau pun masih gelap di luar, namun chef di restoran sudah sigap memasak macam-macam model omelet yang diinginkan tamu. Karena hotel ini lokasinya di sudut, bagian restoran yang berkaca besar ini menghadap dua jalan sehingga bisa melihat orang berlalu lalang di depan. Oopen restaurant ini menyediakan menu internasional yang semuanya halal karena tidak mengandung daging ataupun minyak babi.

buffet Oopen restaurant
buffet Oopen restaurant

Ada tiga macam sitting area di restoran ini. Tamu bisa memilih loose table berkapasitas 2-4 orang yang berada di samping jendela, atau fixed couch di area tengah berupa sofa panjang yang menghadap beberapa meja bersama dengan beberapa loose chair. Juga ada high table dengan kursi tinggi untuk yang ingin duduk sambil minum-minum saja. Karena ingin mengamati ruangan ini, aku mengambil tempat di satu sudut di jendela, di loose table yang membuat aku leluasa mengamati pergerakan dan open kitchen sebagai latar restoran ini.

sofa panjang
sofa panjang
high table
high table

Di depan open kitchen terdapat meja buffet panjang dari granit hitam yang menghidangkan berbagai makanan pada penghangatnya masing-masing. Aku mengambil beberapa potong sosis, scrambled egg, salad, harsh bread, dengan sedikit saus mayonnaise baru kembali ke meja. Tentu saja aku tidak butuh diet kali ini, badan sekecil ini masih sanggup melahap sarapan beberapa kali lagi.

sarapanku di loose table
sarapanku di loose table
buffet hidangan
buffet hidangan

Bagian depan open kitchen itu berlapis stainless steel dengan satin finished. Di atasnya ada rak-rak dengan botol-botol cantik tersusun. Sementara tampak di dalam keramik mozaik warna-warni menjadi latar botol-botol dan gelas yang digunakan untuk sajian. Dinding mozaik ini juga menjadi pembatas antara open kitchen dengan working kitchen di dalamnya.

rak susun di atas buffet
rak susun di atas buffet
keramik mozaik
keramik mozaik

Suasana yang agak temaram di pagi hari itu juga didapat dari lampu-lampu halogen yang menempel di langit-langit setinggi hampir 6 meter itu. Ada pola memanjang dari kayu yang disusun memanjang di depan area buffet dengan lampu indirect light di sampingnya.

Hi, are you blogger from Skyscanner too?” sapa seorang gadis yang dari tadi asyik memotret juga. Aku tersenyum ramah dan mengangguk, ” Yes, I’m Indri from Indonesia. And you?
Carla, Philippines. I see you were taking pictures, so I thought you are a blogger too.
Yup, I just arrived last midnight. So, we’ll be together to Singapore Flyer this morning? Have you met the other winner?
No, i arrived yesterday afternoon and I didn’t see anyone else from Skyscanner.
Oh, maybe later.

Kami melanjutkan makan masing-masing juga karena aku agak lapar. Aku mengambil susu segar dari cereal buffet di tengah. Rasanya tidak bisa beraktivitas tanpa minum susu di pagi hari. Sesudah itu aku mengambil lagi sepiring salad buah-buahan, dan beberapa potong muffin.

Ternyata, sesudah mencocokkan dengan jadwal Carla, pemilik blog blissfulguro.com, kami dijemput jam 08:15 waktu setempat, lebih lambat dari perkiraanku jam 07:30. Jadi aku kembali lagi ke kamar menikmati kasur yang empuk tadi. Ada televisi 32″ yang menemani dengan saluran TV kabel. Aku menyeduh teh hijau yang disediakan sambil menunggu saat berangkat. Kamar di Ibis Novena ini cukup kompak, cocok untuk bepergian singkat, namun juga terasa nyaman. Ukuran kamarnya 3 x 6 termasuk kamar mandi ini, cukup untuk beristirahat. Bagiku yang biasa menginap di hotel bintang satu atau dua, kesempatan di sini tentu tidak disia-siakan. Seperti umumnya budget hotel lainnya, pemanfaatan ruang di sini amat efisien. Tempat tidur yang langsung tergandeng dengan sofa, lemari yang diletakkan di sudut, meja menempel pada jendela, adalah satu bentuk efisien dari keseluruhan bangunan untuk mendapat jumlah kamar yang lebih banyak. Beberapa budget hotel yang dikerjakan kantorku juga menggunakan konsep ini.

koridor kamar dan lift lobby
koridor kamar dan lift lobby

Kamar mandi juga ditata kompak dengan pintu masuk pada sisi miring yang di-trim. Ada shower dengan pemisah kaca yang dilengkapi kloset dan lavatory dengan cermin lebar. Ada hair dryer yang bisa dipakai sebelum aku mencatok rambut. Shower kitnya standar saja, namun aku bisa meminta sikat dan pasta gigi pada resepsionis apabila diperlukan.

Sekitar jam delapan aku turun ke lobby hotel. Carla duduk di sofa sambil menunggu supir yang akan menjemput kami. Lobby ini berhadapan langsung dengan restoran yang dibatasi oleh jendela besar dengan ornamen dari besi tempa yang bermotif silang-silang. Tanpa adanya kaca di antaranya, udara mengalir dari lobby ke restoran. Meja resepsionisnya sendiri rendah sehingga lebih akrab dengan tamu hotel. Ada latar dari susunan kayu dengan finishing warna natural, berpadu dengan langit-langit putih dan lantai granit hitam.

besi bersilangan
besi bersilangan
lobby hotel
lobby hotel

Pintu utama hotel ini menghadap Irrawaddy Road yang lebih sempit daripada Balestier Road. Aku berjalan menyeberang dan memotret bangunan ini dari seberang. Ada dua tower pipih yang menjadi badan dari kamar-kamar hotel ini. Area lobby dan restoran semua berkaca besar, sementara massa pada lift dan bangunan servis terlihat masif. Warna hitam dan merah mendominasi seperti warna khas pada logo Ibis umumnya. Tanpa pagar, hanya rerumputan pembatas bangunan dan jalan. Tak lama mobil Toyota Alphard yang menjemputku dan Carla datang. Tan, nama supirnya, meminta maaf atas keterlambatan pagi itu.

Walaupun berada di bagian utara pusat kota Singapore, namun lokasi Ibis Novena ini cukup mudah dijangkau dengan MRT maupun bis. Dari stasiun MRT Novena bisa dicapai sekitar 15-20 menit berjalan kaki melalui jalan tepi rumah sakit Tan Tock Seng Hospital. Tak jauh dari lokasi hotel juga ada Thompson Medical Centre yang berada di Thompson Road. Dari Orchard Road yang sering menjadi tujuan belanja orang Indonesia, hanya 2 stasiun saja berselang.

Apabila ingin menggunakan MRT dari hotel, ada shuttle bus yang bisa mengantar ke stasiun sehingga kita tidak perlu repot lagi membawa barang bawaan. Namun pilihan untuk naik bis pun mudah, karena lokasi hotel ini di tepian jalan raya, tinggal berjalan kaki sampai halte dan memilih bis yang sesuai tujuan. Tak tahu arah bis? Ketika check-out dan akan menjemput Fahmi di Ibis Bencoolen, aku bertanya pada resepsionis nomor bis yang akan membawaku ke sana. Pilihan naik bis ini karena malam sebelumnya aku sudah mencoba MRT dan agak malas transit lagi di stasiun besar, maka aku memilih naik bis yang langsung. Resepsionis yang baik hati itu langsung mengakses gothere.sg dan menemukan rute bis menuju Ibis Bencoolen, dan menjelaskannya padaku. Aku tinggal berjalan kaki sampai halte di Thomson Road dan menunggu bis yang membawaku langsung tanpa transit.

Sampai akhir tahun ini masih ada promo dari Ibis dan grup Accor dengan mengklik tautan Explore Singapore Package. Ada harga spesial yang bisa didapat sambil menikmati jalan-jalan di Singapore. Terima kasih sudah mengakomodasi selama 3 hari keseruan bersama Skyscanner!

skyscanner said : i’m a lucky girl!

20 thoughts on “menikmati ibis novena di utara singapore

  1. Ah . . . Ibis, hotel yang sering kali aku pakai kalau lagi jalan sendiri. Standarnya sudah jelas di manapun sehingga apa yang diharapkan biasanya sih tidak pernah meleset

  2. […] Ada meja tulis yang menghadap jendela langsung. Di atasnya ada sekotak bakpia dan sekotak coklat. Ah, romantisnya (oke, mungkin aku satu-satunya yang menganggap bakpia romantis, tapi kacang hijau kan baik untuk kesuburan, kan.. ah, sudahlah). Juga sepucuk surat dan brosur dari Ibis Novena tentang fasilitas-fasilitas di hotel ini. Aku meletakkan laptop di meja Lebih Lanjut […]

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.