The human capacity for burden is like bamboo- far more flexible than you’d ever believe at first glance.
― Jodi Picoult, My Sister’s Keeper
Hujan deras di pelabuhan Bangsal menemani awal perjalananku ke Gili Trawangan. Pulau kecil yang sering menjadi destinasi wisatawan mancanegara ini menjadi tujuan istirahatku sesudah turun gunung. Perjalanan lewat air selama tiga puluh menit itu tiba di tepi pantai yang berpasir putih, dan sama sekali tidak hujan!
Aku menelepon pemilik Little Woodstock yang sudah ku-booking beberapa hari sebelumnya untuk menunjukkan arah menuju tempat penginapan tersebut. Tak lama kemudian, muncul satu karyawannya naik sepeda dan membawakan ranselku. Ternyata Little Woodstock tidak berada di tepi pantai seperti banyak penginapan lainnya, namun termasuk di tengah-tengah pulau. Aku memesannya lewat situs booking.com, dan berharap tempatnya secantik gambar-gambarnya.
Sekitar sepuluh menit berjalan kaki kami bertemu gerbang bambu di kanan dan di kiri.”Selamat datang di Little Woodstock..” sapa Pak Reza, pemilik tempat ini yang sedang bersantai-santai di bale-balenya. Bangunan-bangunan bambu berwarna kuning tertangkap mata di tengah taman dengan aneka warna yang cantik. Di sebelah kananku area resepsionis yang merangkap dapur dan tempat tinggal karyawannya. Pak Reza sendiri duduk santai sambil menonton televisi di sofa dan memperkenalkan diri. Keramahan seperti sedang berkunjung ke rumah teman rasanya.

Ada dua kamar tipe deluxe yang semestinya aku tempati salah satunya. Namun karena sedang terisi, Pak Reza menawarkan untuk upgrade ke kamar tipe family. Ihiy! Lebih besar dan luas dong. Dan kamar itu ternyata bermodel bungalow, dengan dua kamar tidur di atas dan di bawah. Cocok untuk yang beramai-ramai.



Keseluruhan dinding bungalow ini terbuat dari anyaman bambu, dengan atap seng berwarna merah tua. Namun di bawah seng tersebut dipasang insulasi dan langit-langit miring yang juga terbuat dari anyaman bambu sehingga meminimalisir panas yang biasa dilewatkan oleh seng. Kamarnya tidak menggunakan AC, namun udara mudah menyelisip dari celah-celah anyaman bambu. Satu kipas angin di dinding bisa memberikan tambahan angin.
Kamar bawah dilengkapi satu tempat tidur di tengah dengan kelambu menjuntai di sekeliling. Cantik sekali, layaknya kamar untuk pasangan berbulan madu saja sepertinya. Seprai putih gading dengan selimut batik dan bantal tertata rapi di samping handuk yang bersih. Di ujungnya terdapat rak untuk menyimpan peralatan juga meja yang keduanya juga terbuat dari batang bambu. Dengan ukuran 4×5 meter, area ini cukup terasa lapang.


Dihubungkan dengan tangga, kamar atas tak kalah menariknya. Hanya ada satu bed yang dibaringkan termasuk kelambu tipis yang menggantung saja. Dari area atas bisa melihat langsung ke bawah karena hanya merupakan mezzanin. Dengan dua jendela besar, di atas bisa melihat langsung juga ke arah luar.
Di balik kamar bawah ada kamar mandi terbuka dengan taman panjang yang cantik. Terdapat meja lavatory lengkap dengan cerminnya untuk berdandan, satu kloset dan shower unik berupa pancuran bambu yang berdiri di tengah-tengah. Lantainya terbuat dari tegel abu-abu dan batu kali pecah dengan dinding tembok bata permanen separuh dan bambu batangan. Kamar mandi ini cukup luas, dipakai berlima pun rasanya masih bisa. Sinar matahari dan udara langsung masuk melalui taman.

Di teras depan ada dua kursi dan satu meja dengan hiasan kerang-kerangan untuk menikmati pagi atau sore. Di pagi hari, bisa dipilih sarapan banana pancake dengan ukuran cukup besar atau roti bakar dengan omelet. Sedap disantap sebelum beraktivitas, sambil mengobrol ringan.
Di Little Woodstock juga ada sepeda-sepeda yang bisa disewakan. Aku menyewa satu sepeda mini untuk keliling-keliling Gili Trawangan melihat-lihat area ramai dan desa-desanya. Sepeda merupakan salah satu transportasi wajib yang digunakan di pulau ini kecuali hobi berjalan kaki.
Terkadang terdengar suara jangkerik bernyanyi di malam hari. Karena lokasinya agak di pedalaman, cukup sepi dari hingar bingar bar dan pesta yang banyak berderet di sepanjang pantai. Tak perlu khawatir kekurangan sesuatu juga, berjalan tiga menit bisa tiba di salah satu jalan utama yang ada toko-toko yang menjual cemilan atau bahan yang diperlukan. Sinyal wifi pun cukup bagus untuk streaming video atau radio dari kamar.

Sambil mengobrol dengan bule yang menghuni kamar sebelah, ternyata ia sudah menghabiskan waktu seminggu tinggal di Little Woodstock. Memang, tidak hanya menikmati pulau saja, di hotel bernuansa bambu ini pun enak untuk leyeh-leyeh menikmati bangunan dan taman dengan suasana yang cantik dan asri dengan harga yang cukup terjangkau.
“Welcome to Little Woodstock ..” says Mr. Reza, who is the owner of this place to relax in his bale. The buildings are yellow bamboo caught the eye in the middle of the park with a variety of beautiful colors. On my right front area which doubles the kitchen and shelter employees. Mr. Reza himself sit back while watching television on the couch and introduced himself. It feels like visit your friend’s house.

There are two deluxe rooms that I should occupy one of them. But as it is being filled, Mr. Reza offered to upgrade to a family room type. Ihiy! Sure it’s bigger and broader. And it’s like a bungalow, with two bedrooms above and below. Suitable for the gang.
Overall this bungalow walls made of woven bamboo, with dark red tin roof. However, under the zinc installed insulation and sloping ceilings are also made of woven bamboo to minimize the usual heat is passed by zinc. The room is not using the AC, but the air easily slip from the cracks of woven bamboo. One fan in the wall can provide additional wind.
Under furnished rooms in the center of the bed with a mosquito net hanging around. It’s beautiful, like a room for honeymooning couples. Ivory white sheets with batik quilts and pillows neatly beside a clean towel. In the end there are shelves to store equipment also tables which are both also made of bamboo sticks. With a size of 4×5 meters, this area feels spacious enough.
Connected by stairs, there is only one bed that was laid including thin netting hanging only. From the top of the area could see straight to the bottom because it is mezzanin. With two large windows, the above could also look directly outwards.

The bathroom was quite spacious enough. I thought five person could enter this area. There is a counter lavatory complete with mirror for dress, one toilet and shower unique form of bamboo shower standing in the middle. The floor was made of gray tiles and stone wall broken brick wall with a permanent half and bamboo sticks. Sunlight and direct air entering through the park.
On the front porch there are two chairs and a table with a decorative shellfish to enjoy a morning or afternoon. In the morning, banana pancake breakfast can be selected with a size large enough or toast with an omelette.
Little Woodstock also bicycles that can be rented. I rented a bike for around all Gili Trawangan to look through crowded areas and villages. Bike is one of the must use of transportation on the island instead of walking by foot.
At night, we could hear sound of singing crickets. Because of its location in the middle of the island, quite devoid of the frenetic bars and parties that many lined along the beach. No need to worry about lack of something as well, running for three minutes and you arrive at one of the main road there are shops that sell snacks or ingredients needed. The wifi signal was good enough for streaming video or radio from the room.
While chatting with a foreigner who inhabit the adjoining room, he had spent a week staying at the Little Woodstock. Indeed, not only enjoy the island alone, bamboo shades in the hotel is also good for relaxing enjoying their garden and beautiful atmosphere with affordable price.

visited 7-9 Nopember 2013
Little Woodstock – Gili Trawangan – Lombok – West Nusa Tenggara – Indonesia
Contact : Putu Reza Kurniawan [081338429332 | reza_jabs@yahoo.com]
Rate : Rp.200.000-Rp.350.000/night
about the island > gili trawangan: living and tourism are coupled
Penginapannya kelihatan nyaman, khususnya buat yang mau menikmati hari-hari santai di sana. Cuma sayangnya gak di pinggir pantai ya . . .
Cukup nyaman dan friendly lah. Justru punya alasan buat sesepedaan ke pinggir laut, hehee..
Aihh jadi mupeng pengen ke sanaa >,
Yukk, mari ke mariii
Sipp, iya nih dari kmrn buka2 web hostel, naksir yg bentuk kayak beginian, kayu2 gitu
bambu2nya yang bikin tertarik, dan harganya lumayan bagus. bersih pula tempatnya.
sarapannya enak di sini
banana pancakenya gede!
[…] visited at 7-9 nopember 2103 see also our accomodation at little woodstock, pleasant stay at gili trawangan […]
Aku paling gk tahan ama gili ama bau makannnaya
Kak indri, klo mw bikin rumah bambu tipe 36 butuh bambu berapa banyak ya? *konsultasi arsitektur hehe
ini di desa apa ya?
Lupa, tapi ini di dalam Gili Trawangan, kalau dari pelabuhan ke kanan trus masuk..