Tahukah kamu betapa bahagianya bangun tidur di tengah desa?
Bersepeda menuju tengah sawah sambil bertemu dengan anak-anak sekolah tertawa riang
Sembari menanti matahari yang terbit dari sisi bukit, bersembunyi malu-malu lalu perlahan mendadak terang.
Tahukah kamu bahwa menghirup udara ini adalah kemewahan sederhana?
Berkilometer jauh dari kota untuk menemukan sejuk menghembus sedikit
Sembari melambaikan tangan pada para petani berangkat usai pagi menggigit.
Di jalan aspal yang membelah rumah dengan sawah, anak-anak sekolah bersepeda, berjalan menyambut harapan mereka. Usai sang mentari mengangkasa, berangsur-angsur mereka lewat di depan hamparan hijau yang dilatari gunung gemunung bagaikan gambar pada masa kecilku dulu.
Kami berjalan ke dalam melalui jalan setapak, menuju muara sungai. Petak-petak tambak bandeng memantulkan mega di angkasa. Sesekali beberapa petani melintas dengan sepeda tuanya. Di antara jalan yang sempit itu, kebiasaan membuat tak sulit juga untuk seimbang. Aku jadi iri ingin ikut bersepeda seperti mereka.
Menemukan celah menuju sungai, sontak kami berlarian ke dermaga. Mungkin tempat ini sangat cocok untuk merenung lesu, memancing rindu, atau sekadar melepas kenangan yang berlarian dari kalbu. Perahu-perahu berlalu menuju muara di ujung sana. Suara bising motor tempel sesekali memecah keheningan kecipuk air sungai yang tenang.
Dulu sungai ini menjadi laluan perdagangan candu di Lasem. Di beberapa tempat dibuat lubang-lubang yang mengarah langsung ke rumah-rumah tinggal yang berdinding tebal. Sekarang hanya nelayan yang melewati sungai ini, jalan mereka menuju laut.
Di sisi kiri dan kanan sungai, terpasang keramba-keramba ikan yang menggantung ke dalam air. Sepertinya benih di dalamnya masih belum terlalu besar sehingga hanya arus sungai yang membuatnya terlihat bergoyang.
Lalu aku kembali bermain dalam angan. Seandainya saja wisata bersepeda digalakkan untuk keliling desa-desa Lasem, dan disambung dengan bertualang naik perahu ini hingga muara sambil diceritakan tentang sejarah wilayah yang merupakan titik akulturasi Cina di bumi Mataram ini, pasti akan menambah kenangan yang lebih manis dari kota di garis pantai utara Jawa ini.
Lasem, 31 Maret 2015
ditulis di Salemba, 15.01.2016 20.41
Koran Tempo : Menyusuri Jejak Budaya Lasem
mencapai Lasem? baca: 9 trik (tidak) tersesat di Lasem
ada apa rahasia di balik tembok pecinan lasem?
naik perahu di sungainya asyik bgt
kayaknya ya, asyik gituu..
aku waktu ke Lasem menyusuri Corong Candu dengan naik jung sepanjang sungai. asiikk Win
menarik ya kak Lasem ini
aku juga pengen nyoba ah kalau lain kali ke sana lagiii…
lasem ngga cuma budaya aja ya…. jadi pengen ke lasem
ya ini hasil iseng jalan2 pagi sama dedek Ghana.
Iya batam tahun 2015 sampe 4 kali
kak, kamu gak salah reply?
Kayaknya kepencet kak…. belum ngetik udaj kepencet replyan lama
suasananyaaaa asri dan tenang banget.
ini indonesia banget ya. sunrise dan sawah menghampar..
Indonesia indah sekaliiiiii
[…] : Menyusuri Jejak Budaya Lasem mencapai Lasem? baca: 9 trik (tidak) tersesat di Lasem melihat pagi: mentari mesem dari lasem: mentari mesem dari […]
[…] Ikuti lebih lanjut ditunggu, ya : Koran Tempo : Menyusuri Jejak Budaya Lasem lebih jelas tentang pemukiman: di balik tembok pecinan lasem melihat pagi: mentari mesem dari lasem […]
[…] mencapai Lasem? baca: 9 trik (tidak) tersesat di Lasem lebih jelas tentang pemukiman: di balik tembok pecinan lasem melihat pagi: mentari mesem dari lasem […]
Tenang sekali, mbak. Berjalan di antara hamparan hijau sawah, bertegur sapa dengan penduduk desa yang ramah, mengayuh perahu melalui sungai di bawah langit yang cerah…
I missed those things, saat dulu aku kecil dan hidup sepertinya bergerak dengan lambat
lho, masih bisa pulang kampuang kan yaa..
Masih bisa, tapi lingkungan rumahku sekarang udah nggak begitu 🙂
berarti ke kampung sebelah, sekalian nyari kembang (desa) #eh
Wah asyik ya kak, lihat anak – anak sekolah di pagi hari,,, apalagi lihat para nelayan pergi mencari ikan,,,, suasana damai gitu 🙂
melihat anak sekolah itu harapan bangsa banget gituu..
Naik sepeda di pinggir sawah pagi – pagi, capek pasti, tapi sejuk liat sawah yang hijau
lihat sawah selalu menentramkan, menghilangkan capek yaa..
aku kangen lasem! aku malah belum pernah ke dermaga mangrove itu
halaahhh hayo lasem kan deket dari semaraaanggg..
Wah senang sekali ya ka … pengalaman yang sangat menarik,menikmati udara yang segar di pagi hari di desa,sangat berbeda jika berada di kota kota besar … Nice share
Wisata Perahu. Wah betul sekali mba, mengingat di Pacitan wisata semacam ini sudah sangat populer dan menarik banyak perhatian wisatawan.
Ide yang sangat bagus untuk kemajuan pariwisata nih hehe
Ngomong – ngomong, salam kenal ya mba Indri