sinjang lawang : sungai dalam goa

DSCN0738

Percaya tidak, dulu aku sering menjelajah goa? Sewaktu zaman kuliah dulu, hampir tiap bulan aku keluar masuk goa. Baju coverall, helm boom, sepatu boots, senter, webbing, carabiner, selalu menemani ranselku. Baju basah, bau dan berlumpur selalu menjadi oleh-oleh dari perjalanan yang bisa dilakukan siang atau malam itu. Bebas! Di goa kan gelap, jadi tidak ada masalah tentang waktunya.

Sebenarnya aku cuma mengelilingi goa-goa di Jawa Barat, mulai dari kawasan goa di Citeureup, kawasan goa di Buniayu, Sukabumi, sampai goa-goa di area Bayah pun pernah kujelajahi keluar masuk selama berhari-hari. Kalau ingat masa-masa itu rasanya asyik sekali. Sayang, ketika waktu penjelajahan ke Luweng Jaran Jawa Timur dan sampai ke Maros Sulawesi, aku harus kembali lagi berkutat dengan modul kuliah yang memaksaku lulus. Bakti terhadap orang tua ternyata lebih besar dari ambisi masuk goa.

Setelah sekian lamanya (sengaja tidak menyebutkan berapa tahun) tidak mengamati stalagtit, stalagmit, gordyn, column, terkadang kangen juga duduk-duduk di udara lembab dan gelap itu. Membaui aroma kelelawar, kecipuk titik air yang menetes pelan, berjalan mengendap pelan, lobang-lobang yang sempit, tanah yang licin. Kata seorang teman, di caving ini ada pelajaran semua divisi, ada gunung hutan di luar ketika harus mencari mulut goa, ada rock climbing ketika ada jalur di dalam yang harus kita panjat, ada olah raga air sambil menyusuri sungai bawah tanah, dan ada keberanian yang harus ditumbuhkan ketika berjalan berjam-jam dalam gelap.

Beberapa tahun terakhir ini aku juga mengunjungi goa juga, sih. Tapi goa wisata yang tidak terlalu membutuhkan latihan fisik untuk memasukinya. Aku sempat ke Goa Pawon di kawasan Citatah, namun kondisinya sudah banyak ornamen yang rusak. Aku juga mengunjungi Batu Cave di Kuala Lumpur yang benar-benar goa wisata, hanya saja tangga untuk menaiki sampai atas benar-benar menguras tenaga.

Awal Desember kemarin aku diajak oleh Blibur.com untuk mengunjungi satu destinasi wisata di kawasan Pangandaran yang bertajuk Goa Sinjang Lawang. Sebagai (mantan) pencinta goa, tentu aku tidak menampik penawaran menarik ini. Apalagi di sini juga akan ada sungai yang diarungi di dalam goa. Berhubung tempat ini belum lama dijadikan sebagai daya tarik wisata, jadi aku semangat juga untuk ikut ke sana.

Pangandaran sendiri dicapai dalam waktu sekitar tujuh jam dari Jakarta, atau sekitar lima jam dari Bandung ke arah Tasikmalaya dan Ciamis. Di situ, rombongan kami yang menggunakan bis kecil dijemput oleh pemandu yang mengendarai sepeda motor, ke arah Sinjang Lawang melalui desa-desa. Hujan mengguyur pagi itu agak membuat gentar karena takut debit air sungai bawah akan tinggi nanti. Perjalanan melintasi desa ini pun tak kalah lama, hampir dua jam!

Untunglah kelelahan kami di bis itu terbayar dengan sepiring nasi timbel dengan lauk sayur dan sambel yang meredakan keroncongan perut setelah berada di jalan yang terguncang-guncang berbatu. Kenyang makan, kami beriringan menuju sungai sambil dibawakan ban untuk menghanyutkan kami. Hah? Kenapa sungai? Tentu saja karena sungai melintasi bagian dalam goa ini, dan asyik bukan kalau menggunakan ban untuk mengarunginya?

So, here we go!

DSCN0620
base camp operator cave tubing goa sinjang lawang

DSCN0625

Felicia, four years travelmate. Bela-belain ikut kuis supaya bisa jalan bareng ke goa ini sama aku. Sebelum memulai perjalanan kami berpose dulu. Demi kenyamanan berbasah-basahan, kami janjian pakai pakaian renang. Yuhu!

DSCN0632
Rombongan blibur sebelum mengarungi sungai. Sepertinya sih tidak ada yang takut air. Wajah-wajahnya begitu sumringah karena habis sarapan. Semua siap diceburkan ke air dan kegelapan.

DSCN0637
Lepas dari start point, kami harus menyusuri jalan setapak yang diperkirakan licin sewaktu hujan. Jangan memakai sandal jepit karena berisiko licin dan putus di jalan, atau hilang di sungai. Pakai sandal karet atau sandal gunung ringan untuk mempernyaman.

DSCN0639

DSCN0643

Ini dia sungai Cijulang. Kami harus melalui sungai ini dulu dengan ban besar hingga mulut goa di depan.  Kelihatan riaknya tidak?

DSCN0640

Bersiap memasuki air. Harus hati-hati karena agak licin. Duduk di ban harus di posisi yang nyaman, dan memakai ban dengan ukuran yang tepat.

DSCN0649

Ejie yang baru saja jatuh tetap nekat untuk mengikuti pengarungan ini. Liburan memang tantangan.

DSCN0650
Kiki dapat kesempatan gratis buat mencoba cave tubing. Cave=goa dan tubing=tube ban yang kami pakai untuk mengarung.

DSCN0657
Bima si videografer asyik dengan tongkat ajaibnya yang dijaga dengan baik sepanjang jalan.

DSCN0674
Mas Jalul dari Blibur pun berenang dengan pelampung saja mengiringi yang memakai ban.

DSCN0653

DSCN0652

DSCN0666
Jadi, satu per satu dari kami akan dihanyutkan di sungai ini sampai ke mulut goa di ujung sana melewati beberapa jeram kecil.  Aku sendiri sempat terbalik di satu patahan yang berarus deras. Tapi tidak apa-apa, karena airnya tidak terlalu dalam.

DSCN0704
Jalur pengarungan dalam goa kami sepanjang kira-kira 500 m. Di dalam banyak sekali ornamen menarik seperti gordyn, batu payung, dan lobang-lobang kelelawar. Di dalam goa ini tidak terlalu banyak stalagtit dan stalagmit, lebih banyak banyak batu karang besar yang mendominasi. Karena gelap sekali, tidak terlalu banyak foto yang bisa aku ambil. Selain lewat air, disamping juga bisa menyusur dengan berjalan di batu-batu besar.

Di tengah-tengah pengarungan terdapat batu besar dengan lubang di atasnya tempat masuknya cahaya luar. Kami harus naik batu ini sambil berhati-hati karena agak licin, atau jalan melalui sungai di sebelahnya. Karena beramai-raman, naik ke batu ini harus bergantian. Dingin dan kuyup melingkupi badan termasuk lembab kurang udara di sini.

DSCN0715

DSCN0717

DSCN0718

DSCN0731

Sampai di sisi goa yang lain, kami bisa beristirahat sejenak. Arus dalam goa tidak terlalu kencang, air pun tidak terlalu dalam. Di sini kami bisa beristirahat dan duduk-duduk setelah mengarung kira-kira satu jam. Bagaimana rasanya? Lapar tentu!

DSCN0744

DSCN0745

Jika air pasang, tinggi muka air di dalam goa bisa mencapai tiga meter.  Di sisi-sisi bisa dilihat bekas garis air ini yang akan sampai di ketinggian ini kira-kira bulan Januari atau Februari.

Penduduk menamai goa ini Sinjang Lawang karena tatahan goa yang menyerupai motif batik pasundan dengan nama Sinjang, sementara Lawang sendiri yang berarti pintu, diartikan sebagai pintu masuk goa, demikian dijelaskan oleh operator trip lokal yang cukup sigap dan cekatan membantu kami.

So, berani masuk goa? Jangan lupa bawa selalu tiga petuah ini : Leave nothing but footprint, take nothing but picture, kill nothing but time!

Let’s go caving!

Lihat juga lewat video karya Bima Satria ini..

trip : 12-14 Desember, Goa Sinjang Lawang, Pangandaran

thanks to blibur.com !!!

7 thoughts on “sinjang lawang : sungai dalam goa

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.