diving mandeh, pesona bahari sumatera barat

0-mandeh-sumatera-barat-cover

Kadang-kadang aku berpikir kenapa aku tidak dilahirkan saja sebagai orang Sumatera Barat. Padahal dulu aku sering sekali dikira orang Minang. Sumpah, tempat ini indah luar biasa. Bisa dibilang di mana pun melangkah selalu indah. Makanya aku cuma berpikir sebentar ketika ditawari oleh adik-adik di KAPA FTUI, klub pencinta alam tempatku menimba ilmu dulu untuk melakukan petualangan lagi di Sumatera Barat, kali ini di bagian selatan.

Ah, karena dulu aku sudah pernah berjalan-jalan ke Padang, Bukittinggi, Payakumbuh dan Batusangkar yang berada di sisi utara ibukota propinsi itu, maka aku tak menampik ajakan adik-adik ini ke Mandeh, yang bisa dicapai tak jauh dari pelabuhan Carocok Tarusan, lebih selatan dari Teluk Bayur dan Bungus. Jadilah aku terdaftar sebagai peserta perjalanan yang di-arrange oleh Widya, gadis aktif dari jurusan Metalurgi ini. 

Karena beramai-ramai, kami menggunakan mobil yang dikendarai oleh Imam Taufik dan Michael Ginting yang mengangkut berbagai alat-alat selam kami yang cukup banyak. Maklum saja, di dekat sana belum ada dive operator, sehingga peralatan termasuk tabung oksigen dan kompresornya kami bawa dari Padang. Perjalanan memakan waktu satu setengah jam hingga kami tiba di pelabuhan Carocok Tarusan.

Aku terpana melihat pemandangan di pelabuhan. Belasan kapal kayu berwarna-warni terparkir di tepian pelabuhan maupun di sekitarnya. Kapal-kapal penumpang yang bisa disewa untuk berkeliling perairan. Kapal-kapal nelayan dengan cadik dan lampu di kanan kirinya menjangkar lebih ke tengah. Perairan biru itu dilatari oleh bukit-bukit hijau dengan berbagai ketinggian. Duh, rasanya tak sabar mengarungi teluk Mandeh dengan kapal.

1-mandeh-sumatera-barat-carocok-tarusan

2-mandeh-sumatera-barat-carocok-tarusan

3-mandeh-sumatera-barat-carocok-tarusan

Untuk menyewa kapal di Mandeh cukup mudah, karena tarif dan jangkauan kapal untuk berwisata di sana tercantum jelas di salah satu papan, sehingga turis yang datang tidak perlu sibuk tawar menawar harga atau menghadapi percaloan kapal, namun mengikuti aturan yang ada. Tarifnya memang tidak terlalu murah, sehingga lebih baik menyewa kapal secara berombongan saja. Sebagai contoh, tarif kapal untuk berkeliling Mandeh hingga Pulau Setan sekitar Rp.400.000/hari. Mungkin harga bisa lebih murah apabila mencarter berombongan dan beberapa hari seperti kami, sehingga bisa dinego lebih baik.

Matahari sudah semakin terik ketika kami akhirnya naik kapal Berlian yang akan mengantarkan ke titik penyelaman pertama. Kapal ini tidak memiliki kabin, sehingga aku, Widya dan Aulia harus mengenakan baju yang akan dipakai menyelam sejak meninggalkan pelabuhan. Karena tidak punya wetsuit, aku hanya menggunakan baju renang di balik T-Shirt yang kupakai, sementara kedua gadis itu menggunakan pakaian khusus menyelam tersebut.

4-mandeh-sumatera-barat-laut

5-mandeh-sumatera-barat-laut

6-mandeh-sumatera-barat-laut

7-mandeh-sumatera-barat-laut

 

Spot 1 : Pulau Pagang

Titik penyelaman pertama adalah Pulau Pagang barat yang berada tak jauh dari Pulau Sikuai. Titik ini dicapai hanya menempuh waktu selama 30 menit dari Pelabuhan Carocok Tarusan. Aku jadi teringat kunjunganku ke Pulau Sikuai beberapa tahun sebelumnya, yang berjarak sekitar dua jam dari Padang, dengan kapal motor kecil. Lokasi Pulau Pagang ini tak jauh dari Pulau Sikuai yang indah itu.

Karena aku belum pernah menyelam dengan benar, maka ketika tim penyelam turun, aku hanya snorkeling berkeliling sekitar perahu itu. Pemandangannya masih secantik dulu ketika aku berenang di sekitar Pulau Sikuai. Koral-koral dan warna-warni ikan menemani sisi kiri dan kananku yang berenang berkecipuk santai. Kemal, sesama alumni KAPA yang mengajakku ikut ekspedisi ini menemaniku snorkeling sambil menunggu gilirannya menyelam.

8-mandeh-sumatera-barat-laut-a

8-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water

Setelah regu pertama naik lagi, aku masih harus berlatih pernapasan bersama Imam yang memang sudah mengantungi log selam cukup tinggi bersama teman-teman lain. Pemberat dipasang di sekeliling pinggangku, dan BCD beserta tabung oksigen terpasang pada badanku. Karena aku sudah terbiasa menggunakan snorkel, aku tidak mengalami kesulitan bernapas dengan tabung oksigen ini. Sesudah diingatkan beberapa kode dan isyarat, aku melayang-layang di dalam air sambil menikmati pemandangan bawah laut yang indah ditemani Imam. Koral-koral berwarna warni bertebaran dengan kedalaman sedang, sehingga harus berhati-hati supaya tidak menginjak atau mematahkannya. Menurut Aulia, kami bertemu beberapa jenis ikan seperti Snapper, Butterfly fish, Anemone fish, Damselfish, File Fish, Big eye fish, Surgeon fish, Wrasse, Parrot Fish, dan lain-lain.

9-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water

10-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water-coral

11-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water-coral

13-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water-fish

12-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water-coral

Pemandangan di atas permukaan laut pun tak kalah cantik, dengan pulau-pulau kecil di sekitar yang berbukit-bukit hijau dan memanjakan mata. Air pun tenang dan tidak bergelombang, karena lokasi ini memang terletak di teluk sehingga hanya ada riak-riak kecil. Walaupun langit cerah dengan hanya sedikit awan berarak, namun angin yang bertiup membuat kami yang berenang-renang di permukaan menjadi lebih santai.

13-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water-a

Lepas dari Pulau Pagang, kami menuju Pulau Setan yang rencananya menjadi tempat menginap malam itu. Tetapi Pak Ujang Kirai, nahkoda kapal Berlian memberitahu bahwa di Pulau Setan ini tidak ada airnya, sehingga menyulitkan kami untuk menyiapkan makanan nanti. Bapak yang ramah ini kemudian menawarkan kami untuk ikut ke rumahnya di desa Mandeh. Jadilah kami hanya mampir di Pulau Setan sambil menikmati matahari terbenam baru melanjutkan ke rumah beliau.

Uniknya, desa ini tidak terletak di tepi pantai atau pelabuhan, melainkan harus menyusur sungai dulu selama kurang lebih 20 menit, baru bertemu dengan satu pemukiman yang di tepinya banyak sekali kapal-kapal bersandar. Rupanya, kapal di sini adalah moda transportasi yang penting untuk mencapai Pelabuhan Carocok Tarusan, tempat mereka bertemu pasar atau kebutuhan sehari-hari. Desa ini sendiri sebenarnya terletak di daratan Pulau Sumatera juga, namun karena sulitnya akses lewat jalan darat, sehingga jalur laut inilah yang menjadi jalur utama.

14-mandeh-sumatera-barat-laut-sunset

15-mandeh-sumatera-barat-laut-sunset

 

Spot 2 : Boeloengan

Sesuai arahan Uda Armed dari Sanari Diving Center yang memandu, kami bangun pagi-pagi untuk tiba di titik Boeloengan, yang sama sekali tak jauh dari muara sungai. Kapal berhenti di tengah-tengah teluk yang dilingkungi oleh bebukitan, dikitari kapal-kapal ikan yang menjangkarkan kapalnya di situ. Dengan membawa senter, Ginting bersama Faris, Decby, dan Christo melakukan penyelaman menyusuri tali jangkar untuk mencapai titik bangkai kapal tersebut.

16-mandeh-sumatera-barat-laut-pagi

17-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan

18-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan-dive-under-water

Kapal Boeloengan adalah kapal Belanda yang dulu tenggelam karena dibombardir Jepang dan berada di dasar perairan Mandeh ini. Cukup sulit ditemukan karena berada di titik koordinat tertentu. Walaupun sudah mencocokkan dengan GPS, tetap saja bisa salah posisinya. Memang, bangkai kapal adalah salah satu titik penyelaman favorit di berbagai lokasi di Indonesia, makanya penyelaman ini dilakukan di hari kedua sejak pagi.

Sayangnya tim Ginting tidak berhasik menemukan bangkai kapal ini walaupun sudah menyelam sedalam 22 m. Tim berikutnya yang dipimpin Imam dan diikuti Widya, Aulia, Kemal dan aku juga hanya beputar-putar dan tidak melihat tanda-tanda kapal yang karam 70 tahun silam itu. Semakin dalam, kontur bawah lautnya semakin bervariasi dan jarak pandang pun menjadi semakin kurang karena cahaya tidak menembus sampai bawah.

19-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan-dive-under-water

20-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan-dive-under-water

21-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan-dive-under-water

Jadilah sesudah itu aku, Imam dan Aulia berkeliling di kontur yang dangkal ditemani oleh ikan-ikan. Memang jenis ikan yang berwarna-warni lebih mudah ditemukan di dekat permukaan daripada di dalam sana, sehingga lebih memanjakan mata. Sebelum turun, Imam mengajariku lagi bagaimana cara supaya telinga tidak sakit ketika turun perlahan-lahan di kedalaman, karena setiap turun 10 meter, tekanan udara akan naik 1 atm.

23-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan-dive-under-water

24-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan-dive-under-water

Kami sempat mampir di Pulau Setan lagi untuk istirahat makan siang. Tak seperti kemarin sore, pulau ini cukup ramai di siang hari. Belasan pedagang makanan berjualan di tepi pantai yang berpasir putih itu. Penumpang-penumpang kapal yang bersandar itu pun tersebar di berbagai sisi pulau dan pantai untuk sekadar bermain air, berfoto-foto, atau bersantai-santai di bawah naungann pohon. Pulaunya sendiri tidak terlalu luas, dan hutan di tengahnya banyak ditebang sehingga menjadi dataran terbuka. Agaknya memang beberapa kali orang nekat kemping di pulau ini dilihat dari bekas-bekas kayu bakar di pojokan.

26-mandeh-sumbar-pulau-setan

28-mandeh-sumbar-pulau-setan

29-mandeh-sumbar-pulau-setan

30-mandeh-sumbar-pulau-setan-laut

Tidak jauh dari lepas pantainya ternyata banyak pemandangan bawah laut berupa koral-koral dan ikan berkejaran yang menawan. Kembali kami menyusuri bawah laut yang tidak terlalu dalam ini sehingga sinar matahari menembus hingga ke dasarnya. Faris dan Aulia bahkan menemukan penyu ketika mereka menyelam bersamaan.

31-mandeh-sumbar-pulau-setan-laut

32-mandeh-sumbar-pulau-setan-laut

25-mandeh-sumatera-barat-laut-boeloengan-dive-under-water

32-A-mandeh-sumbar-layer-bukit

 

Spot 3 : Cubadak

Sambil membawa sebungkus sate padang yang dijual pagi-pagi di desa (kapan lagi makan sate padang pagi hari?) kapal meluncur perlahan meninggalkan desa. Sempat terjadi insiden pagi karena putra keempat Pak Ujang Kirai yang berumur 6 tahun merengek-rengek ikut ayah dan dua kakaknya melaut mengantarkan kami. Rupanya, karena sejak kemarin mengobrol dan bermain dengan kami, ia menjadi akrab dan mengikuti kami ke mana-mana.

33-mandeh-sumatera-barat-muara-sungai-laut

37-mandeh-sumatera-barat

34-mandeh-sumatera-barat-sate

Tidak seperti kemarin, hari itu perairan di atan Boeloengan lebih cerah dan bersih, sehingga kami bisa melihat ke dasar dengan lebih jelas dari tepi kapal. Tapi tetap saja kami tidak menemukan posisi kapal karam tersebut. Laut sama sekali tidak berarus dan angin pun hanya semilir sejuk pagi. Bebukitan di samping seperti memanggil-manggil kehijauan.

35-mandeh-sumatera-barat-sate

Kapal melaju terus ke arah barat, rupanya Pak Ujang tidak memerlukan kompas, GPS, atau alat penunjuk lainnya dalam mengendalikan kapalnya sampai pulau tujuan hari itu, Cubadak. Beliau juga tidak menggunakan rumus arah arus air berbanding kecepatan kapal yang akan menunjukkan derajat sudut arah kapalnya, seperti yang kita pelajari dulu sewaktu SMA (entah kenapa setiap naik kapal, soal-soal Fisika Gerak ini yang selalu kuingat).

Yuhuu, ketika Pulau Cubadak tampak di sebelah kanan, arus mulai menampar-nampar kencang. Rupanya ini sudah hampir keluar teluk menuju laut lepas sehingga intensitas air pun semakin tinggi. Tiba-tiba kami melihat penyu berkelebat di bawah sana berenang di kedalaman. Selang beberapa waktu, kami menemukan makhluk amfibi itu lagi.

36-mandeh-sumatera-barat-cubadak

Kapal keluar teluk melalui celah lebar di antara dua pulau yang disambut oleh ombak yang sedikit menggoyang. Tapi kami percaya bahwa Pak Ujang adalah pelaut yang piawai dengan kendaraannya, sehingga dalam kondisi demikian kami masih tetap riang di atas kapal. Terkadang air menghempas bagian tengah kapal sebentar. Pelaut itu mengarahkan kapalnya ke ceruk di balik pulau Cubadak. Karena hak kelola pulau ini dimiliki pribadi, jadi kami tidak bisa menyandarkan kapal di sana, namun hanya menjatuhkan jangkar di perairan untuk kemudian mengeksplor bawahnya.

38-mandeh-sumatera-barat-dive-under-water

40-mandeh-sumatera-barat-sronjong-cubadak-dive-under-water

Karena malamnya aku harus terbang kembali ke Jakarta, aku tidak ikut menyelam lama pada sesi ini. Jadilah aku hanya mengenakan snorkel-ku dan melompat terjun untuk menikmati perairan sedalam lima meter itu dari permukaan saja. Pemandangannya bersih sekali sampai dasar, pasir putih yang jauh di bawah kakiku sana. Tim membuat foto bersama dengan bendera KAPA FTUI di dasar laut sementara aku hanya bisa melihat dari atas permukaan. Tak terasa air mataku menitik haru mengamati keluarga kecilku ini.

Semakin ke tepian perairan semakin dangkal sehingga harus berhati-hati apabila hendak berenang-renang di atas koral. Namun paling indah di sekitar wall atau dinding vertikal yang memisahkan tepian dengan laut yang lebih dalam, tempat ikan-ikan berserak dan menari-nari cantik. Cukup lama kami mengeksplor area sini, bahkan aku berenang kesana kemari tanpa mengindahkan posisiku yang sudah agak jauh dari kapal. Alhasil aku agak kecapekan ketika harus kembali ke lokasi awal mencebur tadi.

39-mandeh-sumatera-barat-bendera-dive-under-water

41-mandeh-sumatera-barat-sronjong-cubadak-dive-under-water

42-mandeh-sumatera-barat-sronjong-cubadak-dive-under-water

Titik terakhir eksplorasi kami bukanlah di air, namun di satu tebing tinggi di atas Pulau Sronjong yang menggoda Faris, Decby, dan Christo untuk menjajal keberanian mereka untuk naik. Dengan lincah satu per satu berhasil naik ke puncak tebing setinggi kurang lebih 25 meter itu, dan harus turun dengan cara, melompat. Sempat geli sesudah Faris melompat ke air, Decby gamang di atas mempertanyakan keputusannya untuk turun. Dengan semangat dari kami semua yang ada di kapal, akhirnya ia melompat hingga badan gempalnya tercebur dalam air.

43-mandeh-sumatera-barat-sronjong-cubadak-b

Rasanya haru sekali menyaksikan mereka, keluarga tempat aku bertumbuh lebih dewasa sejak tahun 1998, menempa fisik dan mental, mendapatkan sahabat-sahabat baik, saudara, adik, kakak, yang tidak punya ikatan darah, namun dekat dan sehati seperti ini, sampai-sampai aku ikut perjalanan hari ini. Dari semua peserta yang ikut, yang aku kenal sebelumnya hanyalah Kemal, yang sejak bertahun-tahun lalu kuanggap seperti kakak sendiri. Lainnya adalah adik-adik yang kusaksikan perjuangan dan kemauan kerasnya hingga mengadakan ekspedisi ini.

Perjalanan akan membuatmu menjadi keluarga.

45-mandeh-sumatera-barat-kapa-ftui

trip 22-26 Juni 2015 | ditulis di depok 14 oktober 2015
kontributor foto underwater dari kapa ftui oleh Imam Taufik

cerita selanjutnya :
desa mandeh
padang dan perut yang manja

22 thoughts on “diving mandeh, pesona bahari sumatera barat

  1. Aaaaaaakkk, aku juga mau ke Sumbar! Padang, Bukittinggi, Sawahlunto, dan keretaan melalui Danau Singkarak *love* *love*

    Baru tahu di Sumbar ada spot diving. Air lautnya warna teal gitu, rasanya sejuk dan seger banget. Terus latar belakangnya pulau yang bergunung-gunung, ahhh..

  2. Mas, mau nanya dong di mandeh ada dive center gak? Ak pengen dive dsana tp ak blm pnya alat n masih open water.. reply email aja ya info nya.. mKasih banyak..really appreciate ur help

  3. halooo, perkenalkan sebelumnya, saya sultan kurnia.

    wah keren sekali pengelamannya, apalagi nyelamnya..
    oh ya kak, mau tanya kalau di sana dimanakah tempat kita untuk menyewa alat selam? dan berapa harga sewanya?

    rencananya bulan april besok kami akan penelitian bawah air disekitar teluk mandeh dan memerlukan alat selam.. terimakasih

  4. Halo mbak indri….
    Makasi buat info sumatra baratnya,cakep kayakny jadi pengen cepat sampai disana. Ok langsung aja yah…
    Mbak indri kayaknya saya tertarik pembahasan dari pak Sultan Kurnia,pengen minta info tentang hasil penelitiannya terutama tentang biota lautnya,seputaran diving pokonya, biar punya acuan tentunya ato paling ga punya kesibukan pas diving hehehe.

    Thanks ya mbak Indri…
    Bomswoya@gmail.com

Leave a reply to indrijuwono Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.