Ada legenda seorang putri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An pada zaman kerajaan Palembang. Siti Fatimah diajak ke daratan Tiongkok untuk bertemu dengan orang tua Tan Bun An. Setelah di sana beberapa waktu, Tan Bun An beserta istri pamit pulang ke Palembang dan dihadiahi tujuh buah guci. Sesampai di perairan Musi dekat Pulau Kemaro, Tan Bun An hendak melihat hadiah yang diberikan. Begitu dibuka Tan Bun An kaget sekali karena isinya hanya sawi-sawi asin. Tanpa berpikir langsung dibuangnya guci-cuci tersebut ke sungai, tapi ternyata guci terakhir jatuh dan pecah di atas dek perahu layar, tan tampaklah hadiah-hadiah di dalamnya. Tan Bun An langsung melompat ke dalam sungai untuk mencari guci-guci tersebut, diikuti seorang pengawalnya. Siti Fatimah ikut terjun ke air mencari suaminya. Hingga kini penduduk sekitar mendatangi pulau Kemaro juga untuk mengenang tiga orang tersebut.
Pulau Kemaro, adalah tentang jarak. Tentang daratan mengapung yang dicapai tigapuluh menit berperahu dari Jembatan Ampera. Tentang berada di tengah sungai Musi selebar 1350 m. Tentang pulau yang berjarak dengan hujan, karenanya dinamakan Kemarau.
Pulau Kemaro, adalah tentang jarak. Tentang beberapa depa yang memisahkan klenteng Toa Pekong dengan pagoda. Tentang klenteng yang selalu ramai oleh orang-orang yang bersembahyang, dari satu tempat yang berjarak. Tentang kisah menyedihkan yang memisahkan pulau dengan penghuninya.
Pulau Kemaro, adalah tentang jarak. Tentang plaza luas di sekitar pagoda, memberi spasial untuk menikmati tinggi bangunan. Tentang pepohonan yang berdiri cukup jauh, memberi ruang supaya sang naga-naga bisa menjaga.
Jarak, menjadi sebuah bahasa. Karena tanpa jarak, bagaimana akan terbit rindu?
perjalanan 2015.06.14
ditulis di pulomas 2016.03.14, 12:18
sumber kutipan : prasasti di pulau kemaro
[…] Serpong, 06.03.2016. 11.33 peta dari wikipedia kerajaan Sriwijaya tentang Palembang : seberang ilir jembatan ampera tentang jarak pulau kemaro […]
[…] tentang Palembang : riak menari sungai musi tentang jarak pulau kemaro […]
Saya selalu kagum dengan kekontrasan terencana dari warna-warna bangunan Tionghoa dengan alam di sekitarnya :haha. Bangunannya jadi menyala dan terang, tidak ada kesempatan untuk kesuraman. Kadang-kadang hal-hal yang menabrak-nabrak malah jadi ciri tersendiri yang unik dan berkesan di hati ya :)).
Pagodanya bagus, tapi selain sebagai tempat ibadah, ada apa saja di lokasi klenteng itu?
Sementara hanya ada itu Gar. Namun sisi lain pulau ini sedang dikembangkan sebagai resort đŸ™‚
duh, resort.
Wah bagus sekali :)).
Aku abis dari sini juga dooong ^_^ Btw rindu dan jarak.. Hmm baru mikir, bener juga ya. Biasanya daku rindu kalo seharian sibuk kerja terus lupa kontak. Sorenya udah kangen banget
itu abangnya ada kloningannya nggakkkk *tetep