Katanya, Bandung itu tempat melabuhkan rindu.
Kota ini selalu memberikan aura kangen yang begitu kental, pada jalan-jalan di bawah pohon, udara sejuk berhembus, tukang somay hokkie dan es krim durian di trotoar, senyum manis mojang priangan dari sudut-sudut toko, kafe-kafe kopi yang hangat, percakapan santai di taman berteman bajigur, celoteh sunda yang penuh canda, hingga teriakan aceh merdeka dari dalam angkot.
Dan pusat seputaran rindu itu adalah poros Dago-Merdeka-Riau-Supratman, pusat kota yang menjadi riuh oleh penduduk asli maupun pendatang, pusat kemacetan di kala akhir pekan, namun juga tempat strategis menghabiskan kenangan, terlingkungi oleh kanopi-kanopi pohon yang romantis, seakan memanggil-manggil untuk pulang.
Pada sore hari di Jumat yang macet, aku tiba di Bandung. Turun dari bis di Leuwipanjang, berharap macet tak menghadang ketika menuju pusat keramaian. Taksi berjalan pelan di sekitar lapangan Tegallega, ruang terbuka ramai di selatan kota. Menembus hingga jalan Lingkar Selatan yang kuingat pembangunannya saat SD dulu, melintasi perempatan jalan Buahbatu, terus hingga bertemu simpang jalan Ahmad Yani. Kami mulai memasuki jalan RE Martadinata yang tak pernah kutahu alasannya lebih dikenal sebagai jalan Riau. Mungkin karena sekitarnya penuh jalan dengan nama propinsi yang membuat kenangan nama lama tak pernah pudar dari ingatan.
Di depan kantor pos yang berseberangan dengan Heritage Factory Outlet, taksi berbelok ke kanan. Tak sampai seratus meter kemudian ia berbelok ke kiri, memasuki jalan Bahureksa, dan berhenti di depan Hotel Ivory by Ayola, tempat kami akan berakhir pekan.
Pintu kaca besar menyambut kedatangan kami dengan interior lobby yang bernuansa kayu hangat. Satu sofa besar sepertinya ingin memeluk empuk sambil menunggu pengecekan reservasi dari resepsionis. Dan yang paling menarik dan langsung ingin memamerkan ke teman-teman pecinta adalah rak buku di depan, dengan berbagai koleksi buku terbaru, novel, biografi, maupun buku pengetahuan anak. Dua sitting groups di area ini begitu menggoda untuk duduk dan menikmati membaca sambil istirahat.




Kami mendapat kamar di lantai tiga dengan pemandangan jendela besar ke jalan besar. Tak terdengar Bandung yang begitu hiruk pikuk, karena Jalan Bahureksa ini relatif lengang dan tenang. Ah, tapi jika masih ingin mencari keramaian, cukup langkahkan kaki ke ujung dan temukan jalan Riau dan jalan Merdeka.
Yang membuatnya menarik, adalah kasur bulu angsa yang besar dan seru empuknya. Nuansa hangat ditangkap dari furnitur kayu berpadu selimut merah di atas kasur. Satu sofa besar di ujung kamar, meja rias dengan cermin besar, rak televisi dengan tayangan tivi kabel, meja kopi mungil untuk menyeduh yang hangat. Kamar mandi dengan shower dan wc duduk cukup nyaman untuk menyegarkan diri sejenak.




Sesuai kebutuhan pelanggannya, terdapat beberapa tipe kamar di Ivory by Ayola, selain Deluxe City View yang kami tempati, juga ada Superior dan Family Room. Ivory juga menyediakan berbagai meeting room yang bisa disewa dalam berbagai ukuran kapasitas. Lokasi di tengah kota yang hanya selemparan batu dari Gedung Sate, atau gedung-gedung pemerintahan di sekitar Gasibu, membuat tempat ini menjadi pilihan suasana rapat yang nyaman dan tenang.


Ketika malam perlahan turun, duduk-duduk di Everjoy cafe yang bersebelahan dengan Ivory menjadi pilihan yang sangat tepat. Beberapa anak muda yang sedang berkumpul juga menjadikan kafe ini untuk menghabiskan akhir pekan. Begitu pekat dengan nuansa retro, rasa nostalgia pun kembali menggeliat dari koleksi-koleksi mainan lawas yang dipajang di sini. Lampu-lampu downlight yang dipasang di atas langit-langit kayu membuat mata fokus terhadap pendar cahaya yang juga jatuh pada aneka mural yang unik.
Aneka tempat duduk bisa dipilih sebagaimana memilih menunya juga. Duduk di sofa empuk beramai-ramai atau berdua di depan meja kayu? Di bagian dalam cafe yang hangat, atau di bagian luar menikmati angin semilir? Memilih sop buntut bakar atau spaghetti?








Ketika pagi tiba, riuh rendah dari orang-orang yang menikmati sarapan pun memenuhi kafe ini. Aneka menu dari deretan nasi kuning dan kerabatnya yang berderet dalam pinggan, ketupat dan sayur yang juga memanggil di sebelahnya, menu ala barat dengan roti dan segala selainya bersanding dengan pisang rebus, ubi rebus, kentang dan bolen yang bisa bergantian memenuhi perutmu. Pilihan sereal yang ringan pun tersedia.
Bagian dalam kafe mengesankan interior yang hangat dengan pilihan dinding bata ekspos pada satu sisi, dan dinding warna natural kelabu di sisi lainnya. Furnitur kayu, langit-langit dari belahan kayu, maupun lemari sekat yang didominasi kayu dan kaca memberikan kesan intim dan dekat untuk bercakap. Jok kursi empuk dengan berbagai macam warna tempat menghempaskan badan selagi makan, dalam pilihan berkumpul sejumlah teman yang bergabung.







Dan yang teristimewa dari itu, kopi.
Pagi itu aku menyesap cappucino hangat dari pojok andalan Everjoy Cafe ini. Setiap kami mendapatkan satu kupon untuk merasakan harumnya aneka kopi yang menjadi koleksi. Tiga mesin kopi, satu mesin kopi besar, dan dua labu menjadi latar yang menarik dari pojok kopi ini. Coffe of the day yang disajikan pilihan dari berbagai daerah di Indonesia atau luar negeri. Pas sebagai penutup pagi yang sibuk.

Sebagai tempat berkumpul antar kawan, lokasi Ivory yang sangat strategis ini membuat teman-teman lama mampir untuk bersua, sekadar membicarakan diskon buku di mana atau berkenalan antar anak-anak yang terbawa. Di satu sudut paling favorit sebagai latar kami bercanda tertawa sambil bercengkrama tentang kota. Ah, sudah lama rasanya sejak kami pertama kali kenal, dan kota Bandung selalu menjadi kenangan yang manis. Ivory dan rak bukunya yang menggoda membuat teman-teman ini merasa nyaman untuk mengobrol berlama-lama.









Dari kenal sebagai anggota klub buku, dahulu kami sering sekali berburu. Meskipun punya genre kesukaan yang berbeda-beda, tapi setiap obrolan selalu bisa mengalir lancar, karena kami juga membahas kota, sekolah, reuni, dan anak-anak. Sejurnya aku hanya tinggal beberapa tahun di kota ini, semestinya tak cukup untuk membuat ikatan kuat di sini. Tapi bertemu dengan mereka dan teman lain yang kini menyebar di berbagai belahan Indonesia, selalu membuatku melangkahkan kaki kembali.



Dari sini, tak jauh ke jalan Riau untuk belanja, ke jalan Dago untuk cuci mata, ke taman kantor walikota untuk silaturahmi, ke Gedung Sate untuk bertemu sejarah, ke GOR Saparua untuk berolahraga, ke jalan Ganesa untuk melihat sekolah, ke taman-taman terdekat sekadar untuk melepas lelah akan keseharian.
Bandung memang selalu menuai rindu, membereskan kenangan-kenangan tercecer, cerita kala kita membaca, berkelindan di bawah pucuk-pucuk kanopi pohon, mengingat masa remaja, masa belajar, hingga masa mengajar kembali.
Ivory By Ayola Hotel
Jl. Bahureksa No. 3, Bandung ā Jawa Barat 40115
Web:Ā http://www.topotels.com/ivory-ayola
Instagram : @ivorybyayola & @everjoycafe
Desain interiornya ajib, bikin betah nginep disitu š
hehe, aku juga dua hari guling-gulingan aja di sini. kafenya betaah banget.
Pengen nyoba ah nginep di situ..
Pengen ketemuan juga.. š
Pengen ketemu juga sama ceu Nanny doong.
waaaah nyaman banget kayanya… mesti nyobain deh nginep di sana juga
hayo, coba nginep di situ asyik dehh.
Desain hotelnya hommy dan cozy banget ya kak. Gak seperti kebanyakan hotel yang terkadang angkuh dan dingin. Kamarnya juga sepertinya luas-luas.
dan lokasinya strategis kak, tinggal sengesotan dari tempat anak bandung nongkrong buat ngehitz. kamuh bisa cuci mata.. #eehh
Batiknya cantik sekali!
madura itu, nyahh..
[…] nostalgi. Rekomendasi penginapan Bandung di sekitar jalur Supratman-Merdeka-AsiaAfrika ini adalah Ivory by Ayola yang tenang, strategis dan mudah dicapai, dan bisa dibaca […]
suasananya mirip2 kaya di rumah sendiri yaa… š
bener, asyik, sepi juga lagi..
Wouw..nyaman banget ngeliatnya
Hotelnya sih biasa saja. Tapi ceritanya itu lho yang bikin kangen. Jadi kebayang 7 tahun ada di situ.
bandung emang selalu ngangenin ya! kopinya enak di siniii…