makassar dan hujan sehari

0-cover-makassar

Apakah kamu merasa terganggu bila hujan menemani saat liburanmu? Ketika berharap cuaca cerah menemani hari-hari yang ditunggu. Alih-alih merasa sebal, mungkin lebih baik berteman dengannya, dan melakukan hal-hal lain yang tetap membuat liburanmu istimewa. Dengarlah suara air bergemuruh di luar, cium aroma tanah dan pohon yang gembira menyambutnya.

Begitulah hujan menyambut kami yang baru turun di bandara Sultan Hasanuddin. Cuaca yang cerah sepanjang perjalanan dari Jakarta hingga Makassar, berubah menjadi kelabu usai pesawat mendarat. Dan begitu ranselku keluar dari bagasi, hujan deras menderu di luar tertumpah dari langit. Indriani, bekas teman sekantorku di Jakarta menyambut kami di mobilnya. Ia langsung mengajak sarapan Coto Makasar.Jarak antara bandara dengan pusat kota Makassar cukup jauh namun bisa dicapai dengan waktu singkat melalui jalan tol. Curahan air yang memenuhi langit perlahan-lahan berubah menjadi tetes-tetes yang ramah. Kota ini mengandung penasaranku sejak kecil, sejak masih bernama Ujung Pandang sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan, sebagai lokasi transit sebelum menuju Indonesia Timur. Tak heran, kota berkembang begitu pesat di setiap sudutnya, tidak terpusat pada satu titik saja.

Indriani bercerita, bahwa bagian kota yang ramai di dekat Pantai Losari, yang memang dekat dengan Pelabuhan Makassar, silang ganti berbagai kapal berlabuh beberapa jam untuk menaikturunkan penumpang. Begitu banyak lokasi menarik di sekitar Losari yang menggambarkan Makassar sebagai kota pelabuhan. Namun, kawasan yang sekarang berkembang menjadi pusat perbelanjaan adalah Panakukkang di tengah kota, sehingga kegiatan bisnis lebih sering dipusatkan di situ. Sementara daerah bandara tadi yang sebenarnya bagian dari kabupaten Maros, adalah simpul kota menuju daerah-daerah Sulawesi yang lebih utara. Tak hanya bandara, di sepanjang jalan tepinya adalah pool bus-bus antarkota dengan fasilitas VIP!

Gerimis tipis Coto Makassar

Kedai ini berada tepat di depan pelabuhan dan selalu gaduh dan ramai. Rupanya pedagang coto yang masih menggunakan tungku untuk menghangatkan kuahnya ini sudah terkenal sejak zaman dahulu. Sesudah berlarian dari mobil menembus gerimis, cocok rasanya menghangatkan badan dengan semangkuk coto dan beberapa belah ketupat yang terhidang. Segelas teh hangat pun ikut menemani santapan pagi yang lezat ini.

Hmm, ada bumbu yang menggelitik lidah ketika menyeruput kuah kuning berisi daging ini. Pasti ini bumbu khas yang menjadi kebanggaan orang Makassar. Karena ramai, orang tak berlama-lama bercengkrama di situ, hanya makan dan berbincang sejenak, lalu keluar. Udara yang panas mungkin terasa memerangkap, namun toleran untuk memberi sela pada yang lain juga harus diperhatikan. Di jalanan luar, beberapa orang bule berjalan kaki ke arah pantai. Sedang ada kapal pesiar besar yang bersandar dan memberi mereka kesempatan untuk berjalan-jalan. Jendela-jendela kecil berderet pada sisi badan kapal merapat di tepi dermaga. Ah, apakah Makassar sesuai sebagai ceruk bertambat?

1-makassar-coto-ketupat

Mendung dari Paotere

Tak hanya pelabuhan besar yang berjaya, di satu ujung lebih utara lebih dahulu berdiri Pelabuhan Paotere, termasuk dalam sisi kota yang lain lagi. Jalan menuju ke sana tak terlalu lebar, namun cukup untuk dua mobil berpapasan ditemani bentor yang berlalu lalang. Bau laut yang amis meruak di udara, tipis namun menimbulkan penasaran. Pelabuhan yang memanjang itu dipenuhi kapal dengan tiang-tiang tinggi berbendera Indonesia. Pelaut-pelaut berdarah Bugis ini berteriak sahut menyahut sambil menurunkan muatan dari kapal-kapal kayu. Kriya nusantara yang sedang berlabuh ini beristirahat dengan santai dan anggun, mungkin lelah diombang-ambing di lautan. Dua dermaga menjorok ke laut, dengan tiang-tiang pengikat tali kapal yang tebal dan berat, dibuat simpul dari seorang yang ahli sejak masa mudanya.

2-makassar-pelabuhan-paotere

3-makassar-pelabuhan-paotere

4-makassar-pelabuhan-paotere

Kapal-kapal yang berukuran lebih kecil merapat pada tanggul di pesisir pelabuhan. Satu gerobak berisi belasan balok es batu sepanjang satu meter berhenti di tepian untuk memindahkan muatannya. Seseorang menancapkan besi pengait pada sebongkah es, dan memindahkannya ke dalam kapal kayu yang kecil sebagai pendingin ketika mereka melaut dan mencari ikan nanti malam. Seorang lagi di kapal bertugas mencacah es menjadi potongan yang agak kecil supaya muat di dalam bilik-bilik di bawah dek kapal untuk menyimpannya selama beberapa hari. Besi-besi tajam ini sedikit terlihat ngeri, namum orang-orang tetap tersenyum ramah kepada sekeluarga turis bule yang mengamati aktivitas mereka. Sekilas aku teringat pada Pak Tua seorang tokoh dalam karya Ernest Hemingway, ketika mempersiapkan diri untuk melaut. Mendung yang menggantung di atas Paotere, mungkin menerbitkan cemas pada jalur perjalanan nanti yang bersinggung dengan cuaca. Biru langit sudah penuh tertutup awan, namun masih bersiap menjadi kelabu.

5-makassar-pelabuhan-paotere

6-makassar-pelabuhan-paotere

7-makassar-pelabuhan-paotere

8-makassar-pelabuhan-paotere

Rinai hujan Fort Rotterdam

Karena ada acara keluarga yang lain, Indriani pamit sementara aku dan adikku memasuki Fort Rotterdam. Benteng yang masih kokoh ini adalah daya tarik utama di kawasan Pantai Losari. Dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa, menara bentengnya terletak pada empat sudut untuk mengawasi pergerakan dari arah kota maupun dari arah laut. Koridor tertutupnya mengelilingi dataran terbuka yang sebagian tertutup rumput hijau basah, bekas hujan tadi. Bangunan di tengah menjadi focal point atas kitarannya.

Museum La Galigo, begitu nama anjungan selatan yang berlantai dua yang menyajikan aneka produk karsa manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Di museum yang bernama sama dengan kitab Bugis ini, dipamerkan pakaian, model rumah adat, termasuk kapal-kapal bercadik kebanggaan pelaut nusantara, karya pengrajin lokal yang handal. Cucuran air terdengar pada talang, limpahan hujan yang membasahi atap. Kami menghabiskan beberapa waktu di dalam, membaca kisah budaya Bugis yang berkembang di masa lalu.

13-makassar-fort-rotterdam

14-makassar-fort-rotterdam

15-makassar-fort-rotterdam

16-makassar-fort-rotterdam

17-makassar-fort-rotterdam

18-makassar-fort-rotterdam

19-makassar-fort-rotterdam

Di luar, hujan mulai berhenti, kaki berjingkat di atas rumput yang basah sambil mengendus aroma tanah. Atap-atap genting merah mengelilingi, kontras terhadap langit yang masih tetap berwarna sendu. Jendela-jendela yang sewarna atap, terbuat dari kayu berkualitas dan berdaun krepyak untuk ventilasi udara. Di masa lalu, mungkin pernah laluan angin menghembus dan menyejuki ruangan di baliknya, tanpa takut diintip dari luar.

20-makassar-fort-rotterdam

21-makassar-fort-rotterdam

22-makassar-fort-rotterdam

23-makassar-fort-rotterdam

Fort Rotterdam berbentuk courtyard yang dikelilingi bangunan memanjang dan empat anjungan yang bertugas mengawasi pergerakan kapal-kapal yang merapat ke Makasar di jaman dahulu, sebagai pusat transitnya berbagai rempah dari Maluku. Cengkeh, pala, lada, kayu putih, adalah berbagai komoditas utama yang menjadi primadona sejak abad ke 15. Lokasi Makasar yang strategis sebagai tempat transit membuat bandarnya kaya dan menjadi perebutan.

24-makassar-fort-rotterdam

25-makassar-fort-rotterdam

26-makassar-fort-rotterdam

27-makassar-fort-rotterdam

28-makassar-fort-rotterdam

Rintik-rintik Karebosi

Ketika langit cerah sejenak, kami bergegas meninggalkan Fort sembari mengenakan jas hujan, berpikir untuk mengisi perut dengan hidangan mengenyangkan. Langkah demi langkah menapaki jalan aspal yang sedikit becek, lalu berpindah ke trotoar yang lembab. Setelah beberapa menit berjalan, kami menemukan Lapangan Karebosi, yang seharusnya ramai di akhir pekan oleh berbagai kegiatan. Tapi hari itu hujan, dan sepertinya orang lebih suka bergelung selimut di kasur daripada merentangkan otot-ototnya. Butiran air dari langit makin lama kembali besar dan banyak.

Setengah berlari, kami menuju jalan Gunung Lompo Battang, menuju tempat yang tadi sudah direkomendasi oleh Indriani. Di sini amat terkenal dengan Sop Konro Karebosi, iga sapi dalam bentuk sup ataupun iga bakar dengan bumbu kacang. Kuahnya yang bercita rasa yang khas menghangatkan badan yang tadi terguyur hujan. Restoran yang cukup besar ini cukup ramai didatangi keluarga, atau hanya dua pejalan beransel tinggi di punggung.

30-makassar-fort-rotterdam

29-makassar-fort-rotterdam

Percikan Losari

Sempat terpikir untuk naik bentor (becak motor) saja hingga Pantai Losari. Tetapi sepasang kaki masih berkeras melangkah kuat, menyusuri sudut-sudut kota dalam lambat. Menara Pembebasan Irian Barat yang basah usai diguyur hujan kami lewati, lalu berjalan terus ke barat seolah memburu pesona matahari terbenam.

31-makassar-fort-rotterdam

Hari mulai memasuki rembang petang. Langit kelabu berubah menjadi biru laut, menyatukan garis angkasa dan perairan. Ketika adzan magrib berkumandang, kami sudah tiba di depan Masjid terapung Amirul Mukminin, ditemani hembusan angin yang membawa titik-titik air. Lampu yang menyala memanggil-manggil untuk memenuhi panggilan-Nya. Kami mengambil wudhu dan segera menunaikan ibadah, untuk kemudian menghabiskan waktu di jalan sepanjang Losari.

Mengudap pisang epe di sepanjang Losari, adalah semacam kegiatan wajib di akhir pekan. Kaki lima tak lagi menjadi laluan, tetapi berubah menjadi ruang sosial tempat bercengkrama masyarakat Makassar, di depan kios-kios berderet yang hanya menjual satu varian makanan saja. Tak tampak persaingan antar pedagang, mencari yang paling enak pun harus dicobai satu per satu. Namun untuk sebagian orang, mungkin pisangnya itu tak penting, tapi kebersamaan yang sederhana sambil bersenda gurau di sinilah menjadi tak ternilai.

33-makassar-fort-rotterdam

Hujan tidak mengganggu kami untuk menilik sedikit ruang kota. Mungkin kami tiba di saat matahari sedang beristirahat, mungkin ia menyilakan hujan dan angin yang menyambut kami. Sepertinya memang Angin Mamiri benar-benar menyapa langkah kaki yang tak kunjung istirahat. Ketika langit benar-benar menghentikan tangisnya, kami meninggalkan Losari, bersiap menuju bus untuk berangkat ke Toraja.

Perjalanan 25 Desember 2015
ditulis 29.08.2016. taman teknik.
.
32-makassar-fort-rotterdam

SulselTrip2015/16
makassar dan hujan sehari
toraja tau-tau: berangkat dari rantepao
tertawan arsitektur tongkonan
menuruni batutumonga hingga palawa
rammang-rammang: berdialog dengan batu

38 thoughts on “makassar dan hujan sehari

  1. Langsung setuju dengan pembukanya. Aku sendiri selalu berusaha untuk berdamai keadaan apapun yang terjadi selama di perjalanan, meskipun itu di luar dari apa yang kita rencanakan. Karena terkadang ketika kita berdamai, kita justru menemukan kejutan-kejutan yang memberikan nuansa baru bagi pengalaman kita sendiri. Kalau pun tidak, yaaa setidaknya kita tidak ‘kemrungsung’ lah 🙂

    Ah jadi kangen Makassar, sejak pindah dari kota itu di akhir tahun 80an, aku belum pernah mengunjunginya lagi. Cuma terbang di atasnya beberapa kali.

  2. Bahasanya romantis nih Ndri 😛
    Tapi setuju sih, alam jangan dilawan atau dijadikan sumber kesal, sebaiknya dirangkul sehingga kita masih bisa menikmatinya meskipun cuaca bisa dikatakan buruk

  3. Cuaca memang bukan menjadi alasan untuk tidak menikmati setiap perjalanan,
    Sayang banget, saya tidak lagi di Makassar ketika kak Indri lagi liburan di Makassar.

  4. ntah kenapa kalau aku, ga pernah bisa suka hujan, suasananya sendu..
    tapi berkah dari Tuhan, harus disyukuri sih ya 😊

    duuuh, laper kak liat foto makanan – makanan itu, dan aku sediiih, di tulisan fort rotterdam itu ada yg vandalism nulis – nulis alay 😥

  5. Entah kenapa tiap turun hujan di perjalanan biasanya langsung sendu dan rindu. Apalagi kalau lagi di dalam kereta atau bus, langsung deh melow hihihi. Betewe baca ini sambil dengerin lagunya Frau “Mesin Penenun Hujan” asyik banget kak 🙂

  6. Jadi ingat waktu tugas di luwuk banggai nih hehehe… nice post terimakasih sudah berbagi. Kunjung jg ke blog sikribo
    cemilan bukan-bukan, bukan keripik bukan kerupuk tapi gurih dan renyahnya bukan main-main. Info order, agen, reseller dan dropship silah hub phone/WA 082250295001 (tras). http://www.sikribo.id

Leave a Reply to indrijuwono Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.