penang, kota mural dan warisan kolonial

Street art is nothing else but urban poetry that catches someone’s eyes – Christian Guemy

Ketika pertama kali datang ke Penang dulu, aku paling tertarik dengan mural-mural yang banyak terlukis di dinding jalan-jalan di sana. Walaupun tidak tahu posisi tepatnya, tetapi menyenangkan juga mencari satu per satu. 

Penang sendiri sebenarnya adalah nama lain dari Pulau Pinang, yang termasuk dalam Kerajaan Pulau Pinang di Malaysia, yang sebenarnya tidak hanya satu pulau saja, namun sebagian pantai barat dari Semenanjung Malaka ini masuk wilayahnya yang didirikan oleh Francis Light  pada tahun 1786. Dengan luas pulau sebesar 1,049 km, tidak hanya dataran rendah saja yang bercirikan kota pelabuhan, terdapat bukit juga di tengah-tengah yang memisahkan area yang menghadap semenanjung Malaka dengan ‘balik pulau’. Memiliki luas 293 km2 pada pulau utamanya, dan  “Seberang Perai” yang terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia seluas 760km² . Kota utamanya, Georgetown, bisa dicapai dengan bis dari bandara Pulau Pinang dalam waktu sekitar satu jam.

Nah, seperti yang disebutkan sebelumnya, memang asyik hunting mural-mural ini di antara bangunan-bangunan heritage di Georgetown, yang juga terkenal dengan warisan bangunan kolonial maupun jalur Pecinan yang terpelihara dengan baik. Mural Street Art di Penang berawal dari kompetisi The Making of George Town yang digagas pemerintah setempat. Melanjutkan suksesnya, pada tahun 2012 pemerintah mengadakan George Town Festival dengan mengundang seniman asal Lithuania, yaitu Ernest Zacharevic untuk merespon dinding tua yang sudah mulai termakan usia seperti ditulis di sini.

Tak disangka, lukisan dinding ini malah menambahkan jumlah wisatawan untuk datang dan mengabadikan karya-karya tersebut. Sejumlah penginapan atau tempat makan pun hidup di sekitar titik-titik ini, membuat Georgetown lebih semarak tidak hanya di siang, namun juga hingga malam hari. Mural yang unik dan cantik ini bisa dicari di Armenian Street, Muntri Street, Weld Quay, Lebuh Leith, Ah Quee Street dan banyak lagi.Beberapa website bahkan juga memberikan titik lokasinya.

Selain mural yang dilukiskan, kreasi seni instalasi pun menjadi daya tarik ketika menyusuri kota. Tidak hanya di dinding kosong, namun juga banyak pintu-pintu toko malah memadukan fasadenya dengan art street ini.

Kota Georgetown ini juga yang termasuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO karena berhasil melestarikan warisan kolonial Inggris-nya sejak akhir abad ke-18. Bangunan-bangunan masih dengan arsitektur Hindies yang khas. Lorong-lorong area bisnis dengan arcade tempat laluan pejalan kaki, yang kini menjadi toko-toko dan kafe, beberapa juga telah bertransformasi jadi hotel.

Karena budaya Cina yang juga melekat erat di sini, banyak sekali bangunan ini berupa rumah toko deret yang berlantai dua atau tiga, di mana lantai dasar yang menghadap selasar digunakan sebagai tempat berniaga, dan lantai dua dan atasnya sebagai hunian atau ruang privat lainnya. Bentukan seperti ini jamak adanya di area pecinan di berbagai wilayah Asia Tenggara. Juga tidak perlu tersesat karena jalannya terbagi menjadi grid yang mudah dipahami, sehingga setiap simpang akan dapat mempertemukan kembali.

Kayanya budaya Asia Tenggara, membuat tidak hanya budaya lokal yang kuat dari tanah asal, namun juga berpadu dengan pendatang yang menginjakkan kaki dan lama kelamaan bermukim pada pulau yang sebenarnya terpisah dari Semenanjung Malaka ini.

Budaya di Penang mempengaruhi area-area di kota Georgetown, yang memiliki tiga area yang berbeda karena musim pendudukan yang berbeda. Di sebelah utara kota, kaya dengan arsitektur peninggalan Britania. Di area tengah lebih banyak didominasi oleh peninggalan India, yang melengkapi tempat-tempat makan dan pakaiandi kawasan Lebuh Chulia. Dan dengan kawasan perniagaan berbentuk ruko, menyelamatkan arsitektur dagang lampau Tionghoa, dengan arcade memanjang di banyak sisi-sisi jalan.

Jika lelah, di Chulia Street bisa dijumpai berbagai makanan yang khas Melayu dan dikudap bersama. Jangan lupakan kopi di Penang yang lezat khas kopitiam dengan campuran kental manis dan kopi pekat yang kuat. Semangkuk laksa atau mee goreng menemani perut yang sudah berjalan kaki keliling ini. 

Transportasi di Penang cukup mudah dengan bus BRT Rapid Penang dengan tarif mulai 1.4 ringgit hingga 7 km pertama hingga maksimal 4 ringgit, melayani baik dari Bandara hingga Terminal Georgetown atau Komtar, yang dekat dengan pusat keramaian wisata. Pun ke daerah-daerah lain di pulau Pinang ini bisa naik Rapid Penang juga. Sayangnya, untuk naik bus ini harus menyediakan uang tunai pas yang tidak ada kembaliannya, karena masuk box langsung. Busnya low deck dengan kapasitas berdiri dan duduk makin ke belakang makin tinggi. Dulu kupikir itu memang fengshui kendaraannya, tapi ternyata memang bentuk bodynya seperti itu karena mesin di belakang.

Bahkan hingga malam hari, masih menarik untuk berjalan-jalan di seputaran Georgetown yang hidup dengan berbagai lampu-lampu temaram menerangi arcade jalan, sambil menemani langkah kali, dan lantunan lagu-lagu santai dari kafe yang dilalui.

Menikmati Penang memang tidak cukup satu dua hari, jadi memang rencanakan saja untuk kembali lagi.

(Perjalanan Juli 2016 – in memoriam Despin Purba, my best friend ) Yeah, sorry for such a long time to share the story about this beautiful place. To be honest I came back to Penang at 2018 because a lot of this island I havent explore about. Just wait for me writing again..

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.