hamparan hijau tembakau lombok

0-cover-tembakau-lombok

After some time he felt for his pipe. It was not broken, and that was something. Then he felt for his pouch, and there was some tobacco in it, and that was something more. Then he felt for matches and he could not find any at all, and that shattered his hopes completely.
― J.R.R. Tolkien, The Hobbit

“Hah, ke Lombok lagi?”
Begitulah kata mama yang baru berulang tahun ke 60 ketika aku mengutarakan undangan untuk ke Lombok. Sepertinya dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun aku ke Pulau Seribu Masjid ini sudah tiga kali walau pun tidak ada urusan proyek apa pun. Okelah, namanya juga hobi piknik.

Ternyata, undangan ke Lombok kali ini bukan piknik, bukan ke desa adat, bukan snorkeling ke gili, bukan leyeh-leyeh di resort, apalagi bukan mendaki gunung Rinjani yang jelita, melainkan mengamati dari dekat bagaimana pertanian tembakau menghidupi masyarakat Lombok Timur. Sisi hamparan hijau dari pulau ini yang selalu nampak dari udara adalah kebun tembakau hijau yang mendominasi dari arah timur hingga selatan Pulau Lombok. Bukan hamparan kangkung seperti yang selama ini dibangga-banggakan sebagai ikon kuliner khas pulau (lalu tetiba perut teringat pada plecing kangkung yang pedasnya membuat berkeringat, segar sih!). Tapi karena jalan-jalan ini bareng dengan blogger-blogger lainnya yang sudah cukup terkenal di dunia maya, dan penuh canda tawa, maka sepertinya perjalanan ini mendekati piknik.

Aku bukan perokok, dan tidak pernah menikmati rasa tembakau ini kecuali membaui ketika teman-teman membakarnya di sekitarku. Tapi menarik untuk melihat proses industri tembakau dari titik produksinya langsung, di kebun yang ditanam dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Tanaman memang makhluk hidup yang sama seperti yang lain, apabila dirawat dengan baik maka akan memberikan hasil yang baik juga.

Di sini aku baru mengetahui bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar di dunia, bahkan menjadi Pulau Lombok adalah salah satu penghasil tembakau yang diperhitungkan di Indonesia. Salah satu varietas unggulan, yaitu tembakau Virginia, ditanam dalam jumlah yang besar di wilayah ini.

Tahun 1985, Lombok Timur dipilih sebagai tempat untuk membudidayakan tembakau karena lokasinya dekat dengan gunung berapi, sehingga tanahnya subur. Curah hujannya pun tidak terlalu tinggi, sebesar rata-rata 1500 mm/tahun. Selain itu, dari sisi sosial budaya, masyarakat Lombok mudah untuk diajak kerjasama menanam tembakau. Tidak heran, karena pada zaman dahulu Tembakau Ampenan, salah satu daerah bersejarah di sekitar kota Mataram, sudah dikenal sebagai tembakau berkualitas tinggi.

kebun tembakau

Seperti kuingat dari film Filosofi Kopi tentang bijih yang baik berasal dari kebun dan tanah yang baik juga, kami juga berkunjung ke kebun tembakau pertama yang berada di daerah Montong Gamang, Lombok Timur. Menurut penjelasan Bapak Iskandar, Senior Manager PT Djarum yang mendampingi di hari pertama, dibutuhkan 400 hari orang kerja hingga tembakau siap dipanen. Sesudah ditanam, didangir, lalu dipupuk baik organik maupun anorganik. Pak Dawam menjelaskan bahwa tembakau banyak menyerap Kalium, sehingga dibutuhkan tambahan pupuk KNO3 yang ditambah air supaya unsur yang terserap cukup baik.

Di daerah Montong, tembakau ditanam dalam lajur-lajur teratur rapi dengan kemiringan tanah hanya sekitar 3-5%. Kemiringan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan air mengalir terlalu cepat sehingga mengurangi daya serap oleh tanaman karena akarnya yang tidak terlalu panjang. Apabila kekurangan air, daun tanaman akan terlihat keriput dan tidak membuka dengan baik. Tanaman tembakau dewasa bisa setinggi orang, dengan daunnya yang lebar-lebar.

tembakau dewasa yang setinggi orang
tembakau dewasa yang setinggi orang
mengangkut daun tembakau dari kebun
mengangkut daun tembakau dari kebun
daun tembakau dikumpulkan sebelum diangkut ke oven
daun tembakau dikumpulkan sebelum diangkut ke oven (in frame : atre dan dhani)

Ketika dipanen di umur yang cukup, daun-daun yang dipetik ini diikat dan dibawa ke bangunan oven yang biasanya dimiliki oleh si petani tembakau. Proses ini dinamakan flue curing karena panas dialirkan melalui pipa (flue). Guna bangunan yang tersusun dari bata merah setinggi 6 meter ini adalah mengeringkan tembakau dan menurunkan kadar airnya yang masih ada di daun segar yang baru dipetik. Batu bata dikenal sebagai bahan bangunan yang tahan panas dan tidak pecah ketika dibakar dalam suhu tinggi di dalam oven yang berkisar 53-62 derajat Celcius.

oven batu bata
oven batu bata
daun tembakau yang disusun di dalam oven. panas dialirkan dalam pipa yang berputar di dalam oven menciptakan hawa panas
daun tembakau yang disusun di dalam oven. panas dialirkan dalam pipa yang berputar di dalam oven menciptakan hawa panas

Daun tembakau segar akan dirangkai di gelantang bambu di bawah naungan (bukan ruang terbuka) untuk kemudian disusun saling silang di dalam bangunan oven untuk dikeringkan. Satu tahap pengeringan mencapai waktu empat hari pemanasan! Pertanyaan berikutnya di benakku adalah, bagaimana dengan bahan bakar untuk pengeringan tembakau? Di desa Montong Gamang ini, ada satu oven yang menghabiskan menggunakan 18 gas elpiji 3 kg untuk memanaskan sekitar 1000 lajur tembakau hingga tingkat kering yang dibutuhkan.

gelantang bambu untuk merangkai tembakau
gelantang bambu untuk merangkai tembakau
naungan tempat merangkai tembakau yang akan di-oven
naungan tempat merangkai tembakau yang akan di-oven

Selain gas, bahan bakar yang digunakan di daerah ini adalah arang kayu dan kulit kelapa. Alternatif lain yang dikembangkan adalah limbah kulit kemiri yang juga berpotensi menghasilkan panas yang bisa stabil. “Tidak masalah bahan bakarnya apa, yang penting panasnya mencukupi,” jelas Pak Iskandar. “Suhu di dalam oven harus dijaga konstan.” Kami sempat menengok di dalam oven yang pintunya terbuka sedikit dan hawa panas menyeruak keluar. Tampak pipa besar tanpa insulasi sumber panas itu.

Wah, ternyata untuk menghasilkan satu produk yang nantinya bakal dibakar juga, butuh pembakaran energi yang besar juga, ya? Hmmm.

gudang tembakau

Tembakau-tembakau yang sudah dikeringkan ini nanti dipilah oleh petani berdasarkan warna, dipacking, untuk dibawa ke gudang tembakau untuk dipilah lagi. Kegiatan di gudang tembakau sangat ramai di sianga hari. Setiap beberapa saat ada tembakau-tembakau kering yang datang dalam satu bal besar yang kemudian ditimbang dan diperiksa isi dan kualitasnya. Seorang grader bertugas untuk melihat daun-daun tembakau yang datang, kemudian mengambil sample dari tiap-tiap bal tembakau yang datang. Daun-daun terbaik langsung dipacking ke Kudus untuk diolah menjadi produk jadi.

Begitu banyak tembakau yang berada dalam ruangan ini, sehingga aku merasa agak pusing karena baunya yang menguar kuat. Beberapa petugas mengenakan masker supaya mereka tidak mabok kepayang oleh baunya. Pantas saja meskipun tidak digunakan sampai ketinggian maksimal, gudang ini dibuat tinggi hingga 5 meter di titik terendahnya dan meninggi mengikuti kemiringan atap. Cahaya terang yang masuk melalui jendela-jendela memudahkan grader untuk melihat kualitas tembakau yang datang. Lantainya licin dengan floor hardener untuk memudahkan maintenance sehari-hari.

gudang tembakau yang tinggi dengan sirkulasi cukup
gudang tembakau yang tinggi dengan sirkulasi cukup
gudang tembakau yang tinggi untuk pengudaraan yang baik
gudang tembakau yang tinggi untuk pengudaraan yang baik
tembakau yang baru tiba dari petani
tembakau yang baru tiba dari petani
sorting kualitas tembakau
sorting kualitas tembakau
mencatat batch tiap bal tembakau yang masuk
mencatat batch tiap bal tembakau yang masuk
pemeriksaan isi bal tembakau
pemeriksaan isi bal tembakau
tembakau didorong ke sisi lain gudang untuk dikirim
tembakau didorong ke sisi lain gudang untuk dikirim
tumpukan tembakau terbaik yang akan dikirim ke kudus
tumpukan tembakau terbaik yang akan dikirim ke kudus
penimbangan dan labelling tembakau
penimbangan dan labelling tembakau
tembakau siap dikirim ke kudus
tembakau siap dikirim ke kudus

Aktivitas di gudang bukan hanya pemilahan tembakau, namun juga pengepakan tembakau. Menariknya, tembakau dibungkus oleh bahan semacam tikar pandan yang dijahit dengan tali rami di situ juga. Anyaman tikar ini membuat tembakau kering tidak tersekap di dalam packing-an, melainkan ada sirkulasi udara yang cukup.

menyiapkan bahan packing dari tikar pandan
menyiapkan bahan packing dari tikar pandan
tali rami untuk mengikat
tali rami untuk mengikat
seorang pekerja yang menjahit tikar dengan tali rami supaya lebih lebar
seorang pekerja yang menjahit tikar dengan tali rami supaya lebih lebar

Daun tembakau kering yang tidak terbawa ke Kudus disortir lagi secara manual oleh pekerja-pekerja gudang untuk disalurkan pada industri yang sesuai kelas hasilnya nanti. Di tahap akhir, ada beberapa line conveyor tempat pekerja memeriksa kualitas daun tembakau, yeng kemudian diikat, dipadatkan, dipacking lagi dan disimpan menunggu waktu pengiriman. Wuih, panjang juga proses perjalanan tembakau ini.

oven di gudang, apabila ditemukan daun tembakau yang kurang kering
oven di gudang, apabila ditemukan daun tembakau yang kurang kering
membongkar tembakau untuk disortir berdasarkan kualitasnya
membongkar tembakau untuk disortir berdasarkan kualitasnya
keranjang hasil sortir
keranjang hasil sortir
timbangan keranjang, aku sempat mencoba berdiri juga di atasnya
timbangan di lantai untuk mengukur berat satu keranjang
dari keranjang diperiksa satu-satu ketika lewat conveyor
dari keranjang diperiksa satu-satu ketika lewat conveyor
packing dan press dengan mesin
packing dan press dengan mesin
tembakau siap dikirim ke pembeli produk dari berbagai brand
tembakau siap dikirim ke pembeli produk dari berbagai brand
bonus karnaval

Namanya perjalanan bareng blogger-blogger seru, ada saja kejadian yang menghambat perjalanan, tapi malah disyukuri. Ternyata pas hari perjalanan kami di Lombok ini bertepatan dengan hari karnaval dalam rangka memperingati HUT RI yang ke 70. Tadinya kami sempat terpikir bakal macet karena acara ‘nyongkolan’, acara adat khas Lombok yang biasanya diadakan apabila ada acara pernikahan, namun acara karnaval ini cukup besar dan membuat macet. Daripada mengeluh, jadinya kami malah asyik memperhatikan keramaian di jalan yang membuat perjalanan tersendat selama lebih dari satu jam itu.

karnaval berseragam sekolah dan cita-cita
karnaval berseragam sekolah dan cita-cita
tandu keramaian
tandu keramaian
berbagai sekolah turun ke jalan demi karnaval
berbagai sekolah turun ke jalan demi karnaval
potret petani

Kesokan harinya kami menuju daerah Lekor di Kecamatan Janapria, Lombok Tengah. Di sini Pak Iskandar dan Pak Dawam mengunjungi salah satu petani binaan mereka. Tidak seperti di Montong yang tanamannya sudah tinggi-tinggi, di sini tanamannya masih berumur beberapa minggu. Dahulu daerah Lekor ini terkenal dengan tindak kriminalitasnya yang tinggi karena hidup susah, namun setelah beberapa penduduknya bertani tembakau dan berhasil, kehidupan mereka menjadi lebih baik.

tanaman tembakau yang masih muda (in frame : wira dan atre)
tanaman tembakau yang masih muda (in frame : wira dan atre)
tumpukan tembakau menunggu diangkut
tumpukan tembakau menunggu diangkut
tembakau yang memenuhi pick up
tembakau yang memenuhi pick up

Bapak Haji Sabarudin, salah satu petani tembakau di situ menuturkan, ketika ia pertama kali bertanam tembakau, lahannya 25 are. Sukses dengan panenan tembakau, ia pergi haji dan membeli lahan lagi sebesar 50 are. Sebagai ketua kelompok tani, beliau sering berinisiatif mengajukan bantuan ke perusahaan mitra untuk pengolahan tembakau pasca panen. Awalnya beliau menjual tembakaunya basah, berupa daun hijau, namun sesudah meminta bantuan oven membuatnya bisa menjual tembakau dalam kondisi kering, sehingga tidak ada kekhawatiran membusuk ketika terlalu lama disimpan sebelum dikirim. Oven di kelompok tani ‘Beriuk Nambah’ ini menggunakan bahan bakar kayu dan sabut kelapa, sementara abunya tetap dimasukkan di dasar untuk menjaga panas.

bapak sabaruddin, petani tembakau yang sukses (in frame : dhani, ayos, dede)
bapak sabaruddin, petani tembakau yang sukses
(in frame : dhani, ayos, dede)

Tahun 2010 Pak Sabarudin mengajukan proposal ke pemerintah untuk mendapatkan 22 ekor sapi untuk dipelihara bersama-sama. Kotoran dari sapi bisa digunakan sebagai pupuk kandang yang digunakan ketika pengolahan tanah sebelum pembenihan. Pupuk kandang ini bisa memperkaya unsur hara tanah yang akan ditanami tembakau. Selain itu, beliau juga mendapat bantuan bibit pohon mahoni dan sengon untuk ditanam di tepi jalan.

sapi-sapi pak sabaruddin
sapi-sapi pak sabaruddin

Di depan rumah beliau juga dikerjakan pemilahan daun tembakau yang sudah dikeringkan berdasarkan warnanya. Daun-daun ini nanti diikat pada pangkalnya, kemudian digabungkan bersama-sama untuk dikirimkan ke gudang apabila sudah mencapai satu colt pick-up. Karena kerjasama Pak Sabarudin dengan perusahaaan pembeli termasuk mitra, maka ia mendapatkan pelatihan dan arahan dari para ahlinya sejak mulai pembenihan hingga panen dan pengeringan, dan hasilnya bisa dijual ke perusahaan dengan harga yang disepakati. Rentang harga tembakau kering (krosok) di pasaran cukup beragam tergantung kualitasnya, mulai Rp 7000-39000 per kilogramnya.

daun tembakau kering yang di-gelantang
daun tembakau kering yang di-gelantang
batang bambu tempat merangkai tembakau sebelum di-oven
batang bambu tempat merangkai tembakau sebelum di-oven
mengikat tembakau kering di pangkalnya
mengikat tembakau kering di pangkalnya
tembakau kering yang siap dikirim ke gudang
tembakau kering yang siap dikirim ke gudang
epilog

Mendengar penjelasan selama dua hari ini, membuat aku berpikir untuk menjadi petani (mungkin mengumpulkan modal dulu saja). Lho, ternyata memang pertanian masih menjadi primadona negeri kami yang indah permai ini. Selain menyegarkan mata, hasil pertanian memang cukup seksi untuk dijadikan sebagai penghasilan. Memang sih, risiko terbesar dunia pertanian memang berasal dari alam, dari perubahan iklim yang terjadi, yang tidak bisa terprediksi apabila terjadi tiba-tiba. Tapi tanah Indonesia yang pernah dibilang sebagai zamrud katulistiwa ini, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, menarik untuk tetap dipertahankan sabuk hijaunya.

Petani-petani perlu diberi edukasi tentang ilmu-ilmu di dunia pertanian, tidak sekadar menggunakan pengetahuan tradisional belaka. Mungkin itu gunanya ada sekolah pertanian tersebar di berbagai tempat, untuk meningkatkan pengetahuan. Ataupun juga perlu peran serta institusi teknologi rekayasa untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang bisa mengembangkan kualitas pengolahan hasil pertanian. Karena sampai kapan pun, hasil industri pertanian baik tembakau, atau sayur, atau buah-buahan selalu dibutuhkan oleh manusia.

Terima kasih kepada teman-teman blogger dan tim dokumentasi yang berjalan bersama meramaikan acara ini : Nuran Wibisono, Vira Indohoy, Astri Atre, Maharsi Kinkin, Arman Dhani, Sukma Dede, Agus Mulyadi, Ayos Purwoadji, Eddward S Kennedy, Sabda Armandio, Farchan Noor Rachman, Wiranurmansyah, Sutiknyo, Syukron Makmun, Aditia Purnomo, Nody Arizona, Eko Susanto.

Perjalanan 21-24 Agustus 2015. Jelajah Negeri Tembakau Lombok.

kolase-jelajah-tembakau-lombok

tim jelajah tembakau lombok

cerita lain :
Indri Juwono – Hamparan Hijau Tembakau Lombok
Eko Susanto – Jelajah Negeri Tembakau on youtube
Wiranurmansyah – Negeri Tembakau Lombok
Tekno Bolang – Lombok, Jelajah Negeri Tembakau
Agus Mulyadi – Jelajah Negeri Tembakau Lombok
Vira Indohoy – Another Side of Lombok Island, West Nusatenggara
Farchan Noor Rahman – Daulat Negeri Tembakau
Eddward S Kennedy – Menelusuri Tembakau dan Air Mata di Lombok
Nuran Wibisono – Jelajah Negeri Tembakau: Lombok
Sukma Dede – Gunung, Pantai, Tenun, hingga Tembakau Ada di Lombok
Astri Atre – Tembakau Terbaik di Pulau Lombok dan Jelajah Lombok
Aditia Purnomo – Lombok Sebelum dan Sesudah Tembakau dan Memaksimalkan Potensi Tembakau Lombok

31 thoughts on “hamparan hijau tembakau lombok

  1. Akhir Agustus sampai awal September memang masa panen raya tembakau, agaknya, soalnya awal September kemarin saya ke Lombok, belah tengah lewat Praya–Mujur–Sengkerang–Jerowaru (tujuan saya sudah tertebak banget :haha) dan memang di sepanjang jalan tembakau sibuk dipanen, daunnya kuning-kuning dimuat di pick up-pick up dengan kapasitas jelas melebihi muatan maksimum pick up-nya (sampai beberapa kali lipat dan orang bahkan duduk di atas tumpukan tembakau itu). Tulisan tentang tembakau ini juga mengingatkan saya pada masa kecil dulu, ketika sering melihat mobil tangki lalu-lalang membawa minyak tanah untuk omprongan tembakau, tapi agaknya sekarang sudah tidak lagi karena telah dikonversi, meski sesekali saya juga masih melihat tangki itu melintas, kemarin. Ah, betapa kayanya Gumi Sasak!

    1. waahhh, sebagai manusia Lombok pasti kamu tahu banget aktivitas-aktivitas yang kualami ini. 10 tahun lalu pertama kali aku ke lombok masih tidak seperti ini suasananya, tapi sekarang benar-benar hamparan tembakau di mana-mana…

      1. Erm, saya dulu cuma anak ingusan yang pulang sekolah di pinggir jalan aspal panas-panas beriringan dengan teman-teman lewat pinggir kebun tembakau yang menguning. Nah kalau kemarin Mbak dalam perjalanan menemukan anak SD yang seperti itu, kira-kira saya mirip-mirip lah dulu :haha.

      2. Oh iya, aku ketemu beberapa. Dan membuatku agak sedih, karena aku nggak membawa buku bacaan untuk mereka. Padahal biasanya aku suka membawa buku untuk anak-anak di tempat aku jalan-jalan. Kapan2 kamu mau dititipi, Gar?

  2. wih jalan jalan ke pabrik tembakau..
    aku belum pernah, cuma sekali ke pengolahan, itu juga pengolahan teh hijau di pagilaran…
    kalau tembakau lebih sering lihat di klaten, perjalanan dari boyolali ke klaten…. daunnya lebih besar besar di lombok

  3. Jadi sempat nyobain gak kak tembakaunya? klau di kampun aku, ibu2 suka irisin sendiri dan dijemur sampai pada akhirnya sesekali dijadikan “suntil” buat sirih :))

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.