mendamba flamboyan di lombok selatan

flamboyan-lombok-8

I need you like a blossom needs rain, like the winter ground needs spring-to soothe my parched soul.
Solange nicole

Hatiku girang bukan kepalang ketika pagi itu menerima sms berisi pemberitahuan bahwa aku terpilih sebagai peserta Travel Writer Gathering Lombok Sumbawa 2015. Ternyata CV yang kukirim cukup memikat juri untuk mengundangku berpartisipasi dalam acara mereka. Kupastikan lagi pemberitahuan itu lewat email dan itinerari yang dikirim kemudian.

Tapi aku sempat was-was tidak bisa berangkat karena aktivitas gunung Barujari anak Rinjani yang bergejolak dan membuat penerbangan dari dan ke Lombok ditutup. Ternyata bukan aku saja yang gelisah, namun panitia penyelenggara pun merasa demikian. Untunglah, ketika mereka memundurkan jadwal acara dua hari lebih lambat, aktivitas vulkanik sudah kembali normal, dan aku bersama Adie Riyanto dan Lutfi Retno berhasil terbang dan mendarat di bandara internasional Lombok, walaupun sempat drama tegang di atas pesawat yang ajrut-ajrutan dan membuat kami cemas. Peserta dari berbagai kota datang berangsur-angsur sehingga kami baru bisa melakukan perjalanan bersama keesokan harinya.

Ini bukan pertama kalinya aku datang ke pulau seribu masjid ini. Setelah tahun 2005 berwisata di sini, tahun 2013 aku sempat naik gunung Rinjani, setahun berikutnya berkeliling Lombok Utara, dan baru dua bulan yang lalu aku melihat-lihat sektor tembakau Lombok. Melihat itinerari hari ini adalah ke Lombok Selatan, serta merta membuat hatiku riang. Pulau kecil ini menyimpan banyak sekali pesona khas yang menarik untuk didatangi berkali-kali.

Menyusuri jalan utama ke Lombok Timur, mata dimanjakan oleh pesona Gunung Rinjani yang tinggi dan anggun, dalam balutan warna hijau dan coklat keemasan diterpa sinar matahari. Mobil berbelok ke selatan, dan serta merta satu untaian menarik tertangkap di kepalaku.

Deretan pohon flamboyan.
Jingga, merah, hijau.
Merah, menaungi jalan yang panas kerontang.
Satu demi satu, muncul di kiri dan di kanan.

Flamboyan, atau Delonix regia spesies sejenis petai-petaian ini berderet di sisi kiri dan kanan sepanjang perjalanan kami ke pelabuhan Tanjung Luar. Warna bunganya yang berpadu merah, jingga, dan kuning bisa menjadi lorong waktu yang begitu indah dengan mendominasi kiri dan kanan. Pohonnya tumbuh melebar membentuk seperti kanopi atau payung bisa menjadi naungan yang membuat kita serasa lewat di bawah terowongan. Di Indonesia, flamboyan gugur daunnya di musim kemarau dan terkadang bunganya masih ada, tetapi di musim hujan akan menghijau. Daunnya yang kecil halus sering diterbangkan angin.

Sistem pertulangan daun flamboyan berbentuk menyirip, dan bunganya mekar saaat pertengahan musim kemarau. Bunganya memiliki diameter antara 8 dan 15 cm dan memiliki empat kelopak yang berbentuk menyebarkan berwarna merah atau oranye-merah kelopak dengan panjang 4–7 cm serta satu mahkota tegak. Bentuk kelopak bunga sedikit lebih besar yang ditandai dengan warna kuning dan putih.

Melihat jalur ke laut selatan yang kering dan gersang, deretan pohon flamboyan dengan intensitas yang lebih banyak pasti bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk mengembangkan daerah selatan dengan pulau-pulau indahnya untuk ditelusuri.

Ah, mudah-mudahan bisa menyaingi festival sakura di Jepang bukan? Kenapa tidak?

flamboyan-lombok-2

flamboyan-lombok-1

flamboyan-lombok-3

flamboyan-lombok-6

flamboyan-lombok-7

flamboyan-lombok-8

Travel Writer Gathering, Lombok Sumbawa 2015.
Perjalanan 14.11.2015, ditulis di ketinggian 16000 kaki di atas bukit-bukit kapur, Rembang.

berikutnya :
south lombok : the blue, the pink, the beach
semilir nauli, bungalow di kaki rinjani
warisan lampau desa adat beleq, sembalun

28 thoughts on “mendamba flamboyan di lombok selatan

  1. Selamat mba Indri sudah terpilih menjadi peserta, bikin ngiri aja 😛
    Kalau dilihat dari fotonya, sepertinya pohon kambojanya pada mulai mengering, entah apakah kurang perawatan atau memang lagi musim kemarau, klw berbunga subur pasti keren banget nih

  2. Saya ingat jalan ini… agaknya, kalau rute yang diambil benar membelah tengah-tengah Lombok. Di sini juga saya sepertinya bertemu anak-anak kecil yang saya janjikan buku kalau kami kebetulan berjumpa lagi. Rute ke pantai di tenggara selalu berawal dari sebuah pertigaan dengan pohon tumbuh di tengah-tengahnya, dan kesusahan jalan rusak yang menanti sesudahnya (iya, kecuali semua dikamuflasekan via Tanjung Luar).

    1. Sebagai empunya Lombok, agaknya kamu ingat segala lokasi jalan-jalan ini. Aku sih nggak memperhatikan pohon di tengah-tengah itu, tapi seketika melalui jalan berflamboyan ini, perasaanku jadi riang.

      1. Dulu flamboyan banyak sekali di tengah kota. Desember begini bagi saya adalah saatnya meraya, saya yang kecil dulu sibuk memandang dan menghitung pohonnya :)). Warnanya itu!

  3. woah namanya flamboyan toh.ehehe
    di jakarta jg beberapa sudut jalan lagi mekar, langit jadi cantik berwarna merah. rontokan bunga yang menutupi jalan jg jadinya bagus, sempat kepikiran juga andai dibikin satu taman bunga isinya pohon flamboyan semua pasti sensasi berasa hanami hanya saja warna merah 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.