south lombok : the blue, the pink, the beach

0-cover-south-lombok-gili-sunud

And me? I still believe in paradise. But now at least I know it’s not some place you can look for. Because it’s not where you go. It’s how you feel for a moment in your life when you’re a part of something. And if you find that moment… It lasts forever.
– The Beach [movie 2000]

Kapal bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan Tanjung Luar di Lombok Selatan sekitar jam setengah sebelas pagi. Menurut Pak Man yang menyupiri perjalanan ke sini, jika tiba lebih pagi kami bisa melihat kesibukan pasar ikan yang menjual aneka hasil laut yang ditangkap oleh nelayan maupun dibudidayakan oleh petani laut.

Air laut yang berombak perlahan menampar-nampar tepi kapal kayu yang dilengkapi dengan jukung sebagai penyeimbang itu. Aku memperhatikan wajah pengemudinya yang mantap dan yakin mengendalikan kendaranya itu. Jika ia terlihat tenang, maka tak ada alasan untuk takut di laut. Lagipula perairan yang kami lalui cukup tenang tidak banyak goncangan yang berarti di atas kapal kecil yang memuat kami berdua belas yang mengikuti perjalanan Travel Writers Gathering Lombok ini.

1-south-lombok-tanjung-luar

2-south-lombok-tanjung-luar

5-south-lombok-tanjung-luar

ombaknya tenang, walaupun kapal sedikit bergoyang-goyang namun tak membuatku gentar.

Tak jauh dari pelabuhan, kapal melewati bangunan-bangunan kayu di atas air yang banyak dihinggapi burung-burung camar. Pak Man bercerita bahwa itu adalah keramba lobster yang sengaja dibudidayakan. Di bawahnya terdapat jala lebar tempat udang besar itu berkembang biak untuk nanti dipanen pada umurnya dan dijual pada restoran-restoran seafood atau diekspor.

3-south-lombok-tanjung-luar

4-south-lombok-tanjung-luar

beautiful. maybe they’re just pass by.

Kami menemukan bendera merah putih di tengah laut yang berdiri sendirian. Ternyata andaikan kami berangkat lebih pagi, akan sempat bertemu dengan gosong pasir tempat bendera tadi berdiri, dan belum ditenggelamkan air pasang seperti sekarang ini. “Nanti sore kita mampir sini lagi,” kata Pak Man.

6-south-lombok-gili-pasir

flag on the ocean.

Dari balik birunya laut tampak dua pulau yang perlahan-lahan mendekat. Di sebelah kanan terlihat deretan perkampungan nelayan yang cukup padat yang bernama Gili Maringkik. Konon kabarnya, penduduk Gili ini beternak kambing di pulau sebelahnya yang menjadi dinamakan Gili Kambing. Lho, lalu bagaimana kambing-kambing itu makan? Selama ada rumput yang cukup di pulau itu, maka kambing-kambing itu bisa hidup sendiri. Hm, asyik juga memelihara hewan di pulau yang berbeda sehingga tidak direpotkan dengan baunya.

Antara Gili Maringkik dan Gili Kambing ini dihubungkan dengan tiang listrik. Eh, kok tiang? Seperti gosong pasir tadi, sebenarnya ada jalan di antara dua pulau ini berupa pasir putih, namun karena laut sudah pasang, hamparan ini tertutup dan hanya menyisakan tiang-tiang listrik yang berdiri teratur di atasnya dan bisa dilewati oleh kapal kami tanpa kandas. Ah, lokasi yang sungguh unik! Aku jadi berpikir untuk suatu hari nanti mampir desa ini dan berjalan-jalan di tengah gosong pasir dan tiang listriknya ketika laut surut.

7-south-lombok-gili-maringkik

8-south-lombok-gili-maringkik

bisakah kau lihat tiang listrik di atas laut?

Kapal melaju terus dengan kecepatan sedang menuju Gili Sunut. Pulau kecil ini berada berhadapan dengan dataran Lombok yang mungkin bisa dihubungkan juga dengan jalur pasir. Sebenarnya daerah ini juga bisa dijangkau lewat jalur darat, namun memakan waktu yang cukup lama, sehingga dipilih jalur laut yang lebih mudah dan pemandangannya indah.

Di masa lalu, Gili Sunut adalah pulau yang berpenghuni dengan rumah-rumah penduduk pada saat pendudukan Jepang. Entah mengapa, kini lokasinya begitu kering dan kosong ditinggalkan. Sisa-sisa bangunan rumah dan masjid berada di tepian pulau mungil ini, dengan latar pepohonan yang meranggas akibat musim kemarau berkepanjangan. Mungkin juga naiknya muka air laut perlahan-lahan yang berpotensi pasang di daerah pantai membuat penduduknya perlahan-lahan pindah ke daratan Lombok yang lebih aman. Seperti pemukiman laut pada umumnya, hampir semua sisa reruntuhan rumah terlihat mendekati bibir pantai, karena laut adalah halaman depan ruang tinggal mereka, jalur transportasi menuju tempat-tempat lain.

11-south-lombok-gili-sunud

10-south-lombok-gili-sunut

9-south-lombok-gili-sunud

12a-south-lombok-gili-sunud

once upon a time, there’s life.

Kapal merapat di ujung tanjung pasir dari gili ini, membuatku tak sabar berlompatan di atas bulirnya yang terlihat empuk. Benar saja, kakiku langsung terbenam ketika melangkah di hamparan putih tersebut. Banyak sekali pecahan karang di sini yang membuatku harus berhati-hati melangkah. Akhirnya aku memilih untuk menyusuri pasir tersebut melalui air, supaya tidak harus berjingkat-jingkat terkena karang. Dan pemandangannya di sini indah sekali gradasi antara pasir putih, garis pantai yang berwarna toska hingga biru laut yang menyergap mata dengan sempurna.

15-south-lombok-gili-sunud

14-south-lombok-gili-sunud-book-eleanor-and-park-read

13-south-lombok-gili-sunud-book-eleanor-and-park

16-south-lombok-gili-sunud-travel-writers-gathering-2015

mungkin kami adalah sekumpulan karang-karang yang berserakan, dan menjadi satu genggaman.

Karena perut kami sudah mulai terasa lapar, kapal meneruskan perjalanan ke pink beach, tempat di mana pasir-pasir bertemu dengan koral merah yang pecah sehingga membuat warna pasirnya agak pink. Garis pantainya cukup panjang dengan pepohonan kering yang melatarinya, membuat tempat ini seperti titik yang ditemukan tiba-tiba. Pink beach ini masih bagian dari semenanjung pulau Lombok di selatan, karenanya tak perlu kaget jika tahu-tahu menemukan bule-bule ke sini naik motor melalui jalan pasir yang berdebu. Tak tampak pemukiman yang dekat dengan pantai, hanya ada warung-warung yang menjual sekadar penganan dan nasi untuk pengganjal lapar. Begitu pun sewaktu kami naik ke bukit di samping pantai.

18-south-lombok-gili-sunud

21-south-lombok-pink-beach

23-south-lombok-pink-beach

24-south-lombok-pink-beach

22-south-lombok-pink-beach

27-south-lombok-pink-beach-girls

pantai, pasir, dan pepohonan kering yang dramatis, serta percakapan penuh tawa

Tapi masakan yang dibawakan oleh tim kapal sungguh lezat (dan banyak). Ikan bakar, ikan bumbu kuning, cumi bakar, kangkung, tauge dan sambalnya sangat menggugah selera. Karena makan di dalam warungnya terasa sempit, aku memilih untuk menikmati di gazebo di depannya dengan risiko terhembus angin beserta pasir pantai. Tak apalah, desau ombak dan bayu lebih memperkaya suasana mengisi perut ini. Pemilik warung menawariku kopi lombok yang tak dapat kutolak. Sejak dulu aku memang hanya bisa menikmati kopi lokal, asli, apalagi diseduh di tempat asalnya. Siang yang berangin itu, kopi lombok terasa begitu nikmat.

25-south-lombok-pink-beach-food

26-south-lombok-pink-beach-coffee

setiap perjalanan membutuhkan energi untuk melanjutkan. makanlah.

Tak sabar rasanya untuk segera mencemplungkan diri ke laut setelah melihat pantai dari atas bukit yang berakhir dengan hujan gerimis dan membuat kami harus berlari-lari kecil untuk berteduh. Syukurlah hujan tak berlangsung terlalu lama sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan ke titik snorkeling pertama, di depan pantai pink lain di teluk Semangkok.

Di kedalaman lima meter terlihat terumbu karang dan anemon yang menari-nari di bawah air. Segera aku memasang snorkel dan mencemplungkan diri serta berenang-renang berkeliling kapal melihat pemandangan bawah air dengan takjub. Beberapa teman yang tidak mau berenang memilih untuk tetap berada di kapal saja dan memotret dari atas.

Arus di sekitar teluk Semangkok ini terasa agak deras sehingga aku yang berenang tanpa fin ini merasa agak kepayahan. Karena tak ada yang berenang berkeliling bersamaku, aku berputar-putar sendiri menikmati dinginnya air yang menerpa seluruh tubuh. Aku bukan perenang handal, sehingga masih membawa pelampung untuk diseret-seret sembari berenang, karena takut kelelahan. Tapi tidak memakai rompi oranye itu membuatku gerakanku lebih gesit untuk timbul tenggelam di air.

37-south-lombok-semangkok-snorkeling-spot

38-south-lombok-semangkok-snorkeling-spot

40-south-lombok-semangkok-snorkeling-spot

39-south-lombok-semangkok-snorkeling-spot

splash the water, and explore the scenery.

Karena khawatir arus menjadi lebih deras, kami pindah ke lokasi snorkeling selanjutnya, Gili Petelu. Uniknya, ada dua pulau yang berdiri dengan jalur pasir di antaranya dan dikelilingi oleh hamparan terumbu karang dan anemon yang cukup luas untuk dikelilingi. Ketika turun dari kapal dan menemukan bahwa kedalamannya cuma sedada, aku langsung melemparkan pelampung kembali ke kapal. Asyik, bisa berkeliling seputaran ini sambil berenang santai!

Sebenarnya badan kita pasti mengambang jika di atas air. Tanpa banyak bergerak pun, tubuh akan melayang dan mata bisa bebas memandang kiri kanan yang cantik, ikan-ikan yang berseliweran, dan tetumbuhan awah air yang aku tak hafal namanya. Puas sekali rasanya berenang-renang dikelilingi hamparan biru yang lembut. Terumbu karang cantik memang selalu berada dekat daratan, sebagai penanda perpindahan antara laut dangkal dengan laut dalam.

Di Gili Petelu sendiri tidak ada penghuninya, hanya satu monyet tua yang kesepian menunggu di sana. Karena asyik berenang, aku tidak sempat mampir ke pulaunya untuk menjejakkan kaki. Tetapi beristirahat sambil leyeh-leyeh di sini pasti asyik. Pepohonan dan ilalang kering memberikan nuansa kering kecoklatan yang eksotis, walaupun aku lebih suka andaikata dataran ini lebih hijau, sehingga si monyet kesepian mendapat suplai buah-buahan dari situ.

41-south-lombok-gili-petelu-snorkeling-spot

42-south-lombok-gili-petelu-snorkeling-spot

43-south-lombok-gili-petelu-snorkeling-spot

the moment while blue is surrounding.

Seperti janji tadi pagi, menjelang sore kami berlayar kembali namun tidak lagi bisa melalui perairan di antara Gili Maringkik dan Gili Kambing, karena air sudah surut. Jalur pasir yang tadi siang tertutup oleh air laut, kini sudah jelas untuk dilalui sambil berjalan kaki. Tersambung juga dengan gosong pasir yang tadi pagi hanya terlihat benderanya saja. Kami turun dan berlarian di hamparan lembut sambil menunggu senja tiba. Banyak sekali bintang laut di sekitar gosong pasir ini, tapi aku memilih untuk membiarkan mereka dan tidak menyentuh atau mengangkatnya.

30-south-lombok-gili maringkik

31-south-lombok-gili-pasir

32-south-lombok-gili-pasir

33-south-lombok-gili-pasir-star-fish

Ketika air surut, kau bisa menjejakkan kaki dan berlarian, berkejaran di atasnya. Hingga saat ia tenggelam lagi.

Di sisi lain pasir membentuk guratan-guratan cantik bergelombang, seakan ada yang menyisir. Guratan ini terbentuk dari jalur air yang naik dan turun kembali berpadu dengan hembusan angin. Walaupun ditenggelamkan air dan surut kembali, profil pasir tersebut tetap sama. Cantik sekali, berpadu dengan senja yang turun perlahan-lahan di kejauhan dalam semburat jingga lembayung.

34-south-lombok-gili-pasir-sunset

35-south-lombok-gili-pasir-sunset

36-south-lombok-gili-pasir-sunset-flag

Water is healing, they said.

Travel Writer Gathering, Lombok Sumbawa 2015.
Perjalanan 14.11.2015, ditulis di Kupang, 23.11.2015

another story :
mendamba flamboyan di lombok selatan
semilir nauli, bungalow di kaki rinjani
warisan lampau desa adat beleq, sembalun

46 thoughts on “south lombok : the blue, the pink, the beach

  1. Waaaa seruuuu 😀

    Unik ya ada tiang listrik di tengah laut, mudah-mudahan ndak korslet hehehe. Asyik banget seharian di laut, benar-benar menikmati 🙂

  2. Keren !
    Tiang listrik di lautnya ..
    Pink beach nya ..
    Nasionalisme yang tergambar dari Bendera tunggal nya ..
    Kelas Yoga di pantai nya 🙂

    Ditunggu Story Traveling Explore Indonesia nya Mbak Indri ..
    Sukses …

  3. Pas snorkeling pertama emang cukup kenceng ya arusnya. Dan cukup lelah gak pake fin berasa gak maju2 hehee… Snorkeling favorit aku mah pas di Sumbawa. Hihi.. Santaaaaiii…

      1. salam kenal juga mba indri semoga bisa ketemu kalo mba indri ada sharing session hehe mampir mampir juga kesini ya mba hehe nice to meet you hehe

      2. maksudnya main main ke blog aku mba hehe aku tinggal dijakarta mba. share di medsos ya mba kalo mba indri ada sharing session hehe 🙂

  4. Jadi inget Adie. Dia jalan dari kapal menuju tepi pantai di Gili Petelu. Baru aja sampai, Pak Man udah teriak2 : Mas Adie, jangan ke sana! Monyetnya galak-galak. Haha waktu itu aku ngakak maksimal. Mungkin dalam otak Aurel itu sudah timbul beberapa skenario untuk berlari atau bertelanjang dada… lantas memohon bantuan salah satu teman untuk mengambil fotonya. Hahaha…. Love peace and gaoel ya, Di! 😀

  5. Kapan yak bisa kesini,,,, dulu ke Lombok tapi nggak tahu kalau di Lombok ada Pink beach, tak kira adanya di NTT,,, hmmm, foto mbaknya jadi tambah kangen akan lautan khusunya Pantai – pantai di Lombok

  6. Eh, ternyata betulan via Tanjung Luar. Memang sih, island hopping via situ bakal lebih seru, ketimbang bersusah-susah lewat “jalur para turis yang tiba-tiba muncul dengan motor itu” :hehe. Lebih banyak pula destinasi yang didapat. Tapi kalau saya boleh menyombong, pink yang ada di pantai pink itu bukan pink yang sejati :haha *kabur*.

  7. Judulnya “paradise on earth” ya kak…pink beach dulu sih asyik, sekarang udah ramai dan banyak yang ga bertanggung jawab buang sampahnya *jadi sedih*

  8. Sekarang lombok sudah punya sirkuit dan bakal rutin digelar Moto GP dan beberapa event balapan ternama di dunia. Kawasan mandalika pun telah berbenah menjadi lebih cantik dan rapi.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.